UCB Kupang Siap Cetak Lulusan Sarjana Bermutu buat NTT

UCB Kupang Siap Cetak Lulusan Sarjana Bermutu buat NTT

KUPANG. NUSA FLOBAMORA—Universitas Citra Bangsa (UCB) Kupang dalam kiprahnya akan selalu berbenah diri dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkualitas. Ditengah persaingan antar perguruan tinggi swasta di NTT, UCB menempati posisi 7 terbaik dari 56 PTS.

Kehadiran lembaga ini tentu berusaha agar lulusan sarjana betul-betul bermutu sehingga siap pakai di dunia kerja. Saat ini memasuki era Milenial tidak ada lagi pola kerja konvensional tetapi berbasis digital. Untuk itu persiapkan SDM bermutu wajib dilakukan untuk mengisi pembangunan di NTT.

Rektor UCB Kupang, Prof. Dr. Frans Salesman SE.,M.Kes menyampaikan ini saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (20/12/2021).

Ia dimintai pendapatnya soal kehadiran UCB dalam mengisi pembangunan di NTT yang kini
memasuki usia ke 63 tahun pada tanggal 20 Desember 2021.

Dijelaskan Prof. Frans bahwa Provinsi NTT kini memasuki usia ke 63 sejak tahun 1958 dibentuk di Singaraja. Di usia ke 63 ini Universitas Citra Bangsa telah mengisi pembangunan dari aspek SDM dengan lulusan sarjana (S1) dan diploma tiga (D3) bidang keperawatan, farmasi, diploma tiga kebidanan, sarjana pendidikan informatika, PGSD dan Bahasa Inggris.

Sampai dengan wisuda pada tanggal 21 Desember 2021, kata Frans, UCB sudah mewisuda 1.050 orang sarjana dan diploma.

Dari lulusan ini diserap disegala bidang bukan cuma di NTT tapi seluruh Indonesia juga di luar negeri seperti RDTL, Jepang sebagai perawat home care, Australia 3 orang, Italia 2 orang.

Menurutnya, peningkatan kualitas SDM di NTT memang menjadi perhatian serius UCB. Karena kondisi NTT pada usia ke 63 ini masih dihadapkan pada problematika tentang gizi buruk tertinggi di Indonesia, stunting, kualitas SDM yang diukur melalui Indeks pembangunan manusia (IPM) rata-rata pendidikan 8,4 tahun, lalu angka kematian ibu anak masih tinggi, daya beli masih rendah sehingga IPM NTT peringkat 31 dari 34 provinsi di Indonesia.

Jadi problematika SDM ini menjadi penting. Alasannya karena di era Milenial ini kompetisi mutu manusia itu menjadi penting.

Terutama mutu tenaga kerja bukan pada penawaran kekuatan fisik tetapi pada penguasaan sains dan teknologi.

“Biasa saya istilahkan Peradaban literasi di kita. Jadi orang harus mengerti digital. Oleh karena itu kita tahun ini mendapatkan keputusan dari Mendikbud Ristek tentang Ijin Pembukaan Program Studi baru yakni bisnis digital,” katanya.

Ditambahkan Frans, sarjana yang di UCB kelak menjadi wirausahawan baru di bidang digital. Karena kedepan peradaban pemasaran marketing kita dari konvensional ke digitalisasi.

“Memang baru tahun pertama dan kedepan pasti prodi ini kebanjiran mahasiswa. Juga sedang proses pengajuan perijinan pendidikan profesi bidan. Tahun 2026 nanti bidan tidak boleh tamat D3 lagi minimal S1 sehingga para ibu hamil ke klinik hanya bisa dirawat bidan yang S1 profesi bidan,” jelas Frans.

Dikatakan Frans, pihaknya mengambil peluang itu dan kini pengajuan tahap akhir tentang sistem kelembagaan dan kini mendekati finish. Jika itu jadi maka ini satu satunya di Indonesia Timur.

“Kita ciptakan kualitas SDM yang berdaya saing di bidang kesehatan, keguruan, teknik. Kedepan kita perjuangkan UCB ini menjadi sebuah universitas yang besar. Karena sekarang peringkat 7 dari 56 PTS di NTT dlihat dari keberadaan mahasiswa. Mereka rata rata 20 prodi sedangkan UCB baru 10,” tandas Frans.

Ditanya soal peran UCB dibidang pariwisata, Frans menyampaikan, kini mereka sudah menjalin kerjasama dengan KADIN NTT untuk membina desa-desa wisata. UCB siap membekali anak-anak di desa pengetahuan bahasa Inggris.

” Mulai Januari kita sudah bisa mulai karena sekarang sedang kami susun kurikulumnya. Pemuda di desa dilatih bahasa Inggris melalui online sudah tandatangan MoU dengan KADIN tinggal implementasinya,” ujar Frans.

Dirinya menilai di usia ke 63 ini seturut usia manusia harusnya sudah matang tapi dia melihat belum mencapai itu karena masih dililiti dengan kemiskinan, SDM, indeks kesehatan masih rendah.

Untuk itu dirinya berharap pemprov menjadikan ini sebagai pemacu untuk bekerja lebih keras lagi.

Penilaian Frans terhadap bidang pendidikan di NTT, Frans mengatakan, indikatornya angka partisipasi dimana NTT masih 34 persen dari 100 usia 21 tahun itu berpendidikan sarjana. Persoalan utama sekarang adalah orang NTT belum tekun dan budaya baca masih rendah. Ini menjadi perhatian bersama agar mutu SDM kedepan semakin lebih baik.(ER).

error: Content is protected !!