KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Teknologi Internet of Things (IoT) saat ini bukan hal asing lagi. Penerapan teknologi tersebut dapat diterapkan pada sektor apapun tak terkecuali sektor pertanian.
Sesungguhnya bagi petani milenial, penerapan teknologi inovatif ini tergolong smart farming yang sangat bermanfaat dan memiliki banyak keunggulan.
Salah satu keuntunggan yang bisa didapat dari penggunaan teknologi ini ialah efisiensi waktu.
Dalam hal ini waktu yang digunakan untuk penyiraman atau pemupukan bisa lebih cepat, dapat menghemat air dan tenaga serta beberapa pekerjaan atau kegiatan bisa dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman optimis jika pemanfaatan Teknologi IoT ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
“Ditengah fenomena El-nino yang belum usai, IoT ini dapat menjadi solusi kemudahan bagi petani dalam menghasilkan produk tani yang berkualitas dan mendorong produktivitas hasil pertanian. Melalui hal ini tentunya kesejahteraan petani akan meningkat”, ujar Mentan Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menjelaskan IoT sangatlah menguntungan jika kita sudah bisa menerapkannya dengan baik.
“Intinya apapun teknologi yang digunakan, pastilah tujuannya untuk mempermudah kita dalam agribisnis pertanian. Karena tantangan kedepan semakin berat, untuk itu haruslah ada inovasi-inovasi baru yang mendukung produktivitas pertanian salah satunya Internet of Things ini”, jelas Dedi.
Salah satu stakeholder Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Kupang dalam program Praktik Kerja Lapangan(PKL) yaitu P4S DS Organik merupakan salah satu P4S di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang telah menerapkan IoT dalam bisnis pertaniannya.
ketua P4S DS Organik, Derianus Snae, mengatakan bahwa sejak dikukuhkan sebagai P4S tahun 2022, ia dan tim sudah berencana untuk menerapkan smart farming. Sampai pada akhirnya di tahun 2023 ia dan tim berhasil mengaplikasikan IoT di lahan yang mereka miliki.
Petani milenial asal NTT ini menyampaikan hal pertama yang harus dipersiapkan untuk menerapkan IoT adalah pengetahuan tentang IoT itu sendiri yaitu bagaimana cara untuk membuat ,merakit dan mengintalasi perangkat yang dibutuhkan. Modal yang dikeluarkan tergantung dari luas lahan yang dikelola.
“Untuk luas lahan di P4S kami seluas 0,5 ha memerlukan biaya kisaran 25-30 juta. Hal tersebut sebanding dengan manfaat yang kami dapatkan,” ujar Dery.
Ia dan timnya banyak belajar dari rekan petani Milenial yang terlebih dahulu sudah menerapkan IoT. “Selain itu juga kami belajar melalui pelatihan online serta mempelajari secara autodidak lewat YouTube.
Plt. Kepala SMK PP Negeri Kupang, Bogarth Watuwaya menyampaikan rasa gembiranya bahwa ternyata di NTT ini ada petani milenial yang sukses dalam mengaplikasikan teknologi pertanian.
“Saya mendukung sekali untuk stakeholder kami telah berhasil dalam menerapkan IoT, semoga kedepannya peserta didik kami yang akan melakukan PKL di lokasi P4S DS Organik dapat mengambil ilmu tersebut dan dapat diterapkan di sekolah”, tutup Bogarth.(*/Rilis Berita SMKN PP- Luluk Juan/ER)