KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Resesi dan ancaman krisis pangan adalah isu yang mengemuka di semua bidang tak terkecuali bidang pertanian.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengingatkan bahwa tahun 2023 akan lebih berat dari tiga tahun terakhir. Hal itu karena dampak perubahan iklim, pandemi COVID-19, dan perang Rusia dan Ukrania yang masih terus belanjut.
“Tahun 2023, ancaman krisis ekonomi, ancaman krisis pangan dunia, dan gempa ada di mana-mana. Perubahan alam tidak dapat kita lawan, tetapi kita bisa beradaptasi dengan teknologi,” kata Mentan Syahrul.
Terpisah Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa penggunaan teknologi adalah hal yang mutlak diterapkan di bidang pertanian
“Maksimalkan penggunaan teknologi dalam pertanian sehingga hasil lebih efektif dan tenaga lebih efisien, sebagai generasi penerus pembangunan pertanian, teknologi adalah teman kalian ujar Dedi
Penerapan teknologi telah diterapkan tak terkecuali oleh Sekolah Menengah Kejuruan Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Kupang yang menerapkan Irigasi Kabut.
SMK PP Negeri Kupang sebagai salah satu UPT BPPSDMP Kementan mencoba menerapkan teknologi tersebut di instalasi green house pembibitan hortikultura.
Kepala SMK PP N Kupang, Stepanus Bulu mengatakan “Bukanlah hal yang mustahil sistem ini (irigasi kabut) ke depannya akan dikembangkan menjadi Smart Farming Fog Irrigation
Dengan menggunakan smart phone saya dapat memantau suhu dan irigasi dimana saja” papar Stepanus
Irigasi kabut adalah sistem pengairan tanaman dengan menggunakan air yang dipompa ke dalam selang yang telah dipasang nozzle.
Dari lubang kecil-kecil pada nozzle tersebut air akan memancar ke atas yang kemudian menjadi seperti kabut sehingga dapat menyirami tanaman.
Air yang disemprotkan tidak terlalu banyak, hanya berupa butiran lembut dari lubang-lubang kecil nozzle di sepanjang selang, mirip seperti kabut.
Fungsi penyemprotan tadi hanya untuk melembapkan kembali tanah dan udara di sekitar lahan pertanian.
Metode pengairan dengan irigasi kabut ini dilakukan dengan instalasi jaringan saluran air dengan menggunakan selang fertigasi pada tiap bedengan tanaman.
Komponen utamanya adalah selang fertigasi, selang plastik, dinamo stamp pump dan tempat penampungan air.
Selang plastik digunakan sebagai saluran utama, sementara selang fertigasi digunakan sebagai selang keluar.
Saluran utama berfungsi sebagai pembagi air ke setiap selang keluar. Selang keluar diberi nozzle untuk memancarkan air ke setiap tanaman dengan jarak tertentu atau sesuai jarak antar tanaman.
Untuk mengalirkan air dari tempat penampungan dipergunakan mesin pompa air yang dilengkapi dengan aki sebagai sumber tenaganya.
Petugas instalasi, Suwardi S. Ndapataka, mengatakan bahwa penerapan irigasi kabut dimaksudkan dalam menghadapi musim kemarau nanti.
“Irigasi kabut ini bisa mengurangi pertumbuhan gulma di sekitar tanaman serta bisa menghemat air dimana NTT ini merupakan lahan kering”, tandas Suwardi. (*/Luthfi/Rilis Berita SMK PP N Kupang/ER)