KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Suasana haru mewarnai upacara pengukuhan Peserta Magang Ke Jepang Kementerian Pertanian (Kementan) Angkatan 37, di Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi Bogor, Selasa (19/4/2022).
Acara pengukuhan berlangsung khidmat bahkan banyak peserta yang merupakan petani muda Indonesia itu tak bisa menahan air mata terutama saat prosesi mencium bendera Merah Putih diringi alunan lagu Indonesia Pusaka.
Prosesi pengukuhan dipimpin presiden Ikamaja (Ikatan Alumni Magang Jepang) Ferdy Saefulah diawali dengan pengucapan ikrar dan janji, penyematan pin merah putih tanda pengukuhan dilanjutkan penghormatan, memegang kemudian mencium bendera merah putih.
Setelah dikukuhkan sebagai peserta magang pertanian ke Jepang, 53 petani dari berbagai provinsi di Indonesia tersebut dilepas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Mereka akan berada selama setahun di Jepang dan ditempatkan pada 4 Accepting Organization di Jepang antara lain Japan Agriculture Exchange Council (JAEC) 17 orang, Niigata Agriculture Exchange Council (NAEC) 5 orang, International Agricultural Exchange Council (IAEA) Gunma 27 orang dan Ibaraki Chuo Engei (ICE) sebanyak 3 orang.
Mereka diberangkatkan secara bertahap mulai 21 April hingga Mei 2022.
Dalam kesempatan itu, Mentan menekankan agar para peserta magang belajar dengan sungguh-sungguh tentang segala hal pertanian di Jepang.
“Kalian pilihan Tuhan dan negara. Kalian akan praktik langsung. Istimewa belajar ke Jepang ini. Di Jepang hanya 25 persen dari total seluruh negaranya yang digunakan untuk lahan pertanian. Tapi mereka mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor dan yang terpenting mensejahterakan masyarakatnya,” ujarnya.
Iapun meminta para peserta magang dapat mengimplementasikan segala hal yang didapat di Jepang untuk diterapkan di Indonesia.
“Ilmunya, etos kerjanya, teknologinya, terapkan nanti di Indonesia,” pinta Mentan SYL.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan, program magang ini merupakan salah satu cara untuk membangun petani-pengusaha milenial yang profesional berdaya saing dan berjiwa wirausaha.
“Tentu ini adalah upaya kita sebagai solusi untuk mengantisipasi jumlah petani kolotnial (istilah untuk petani generasi tua) yang jauh lebih banyak yakni sebesar 71 persen. Sementara sisanya sebanyak 29 persen petani milenial,” kata Dedi.(*/ER/Rilis Berita BBPP Kupang).