Musda MUI NTT Harus Kedepankan Asas Musyawarah Mufakat

Musda MUI NTT Harus Kedepankan Asas Musyawarah Mufakat

KUPANG. NUSA FLOBAMORA-Musyawarah Daerah (MUSDA) Majelis Ulama Indonesia ( MUI) Nusa Tenggara Timur ( NTT) ke-9 yang sempat tertunda karena pandemi covid-19, saat ini resmi digelar dan berlangsung selama 3 hari, yaitu dari tanggal 1 -3 Desember 2021.

Selama proses Musda tentu yang dibahas adalah program kerja kedepan dan membicarakan figur-figur yang bakal memimpin MUI NTT kedepan. Sangat diharapkan seluruh proses berjalan dalam semangat kekeluargaan dan musyawarah- mufakat.

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi saat memberikan sambutannya dan sekaligus membuka dengan resmi kegiatan MUSDA MUI 2021 di Hotel Aston, Rabu (1/12/2021) mengatakan, di dalam musyawarah ini harus kedepankan ajaran -ajaran yang sudah tertuang dalam kitab suci dimana tertulis “Untukmu Agamamu dan untukku Agamaku”.

Dikatakan Wagub Josef, didalam diri manusia itu ada 4 sifat yang dilarang dalam ajaran kitab suci.

Yang pertama adalah sifat nafsu amarah, penuh dengan kedengkian, penuh dengan keburukan dan kejelekkan. Tapi menghadapi musyawarah ini, harus jauhkan diri dari nafsu amarah.

Yang kedua adalah nafsu yang senantiasa menyelesaikan masalah dengan baik dan menyadari perbuatan kita sebagai manusia yang berdosa. Jadi hilangkan amarah, tingkatkan persaudaraan.

Yang ketiga adalah nafsu yang mengedepankan martabat dan kepastian janji Allah kepada kita. Dan kita harus taat itu.
Dan nafsu yang ke empat adalah nafsu dalam bimbingan dan bisikan Allah SWT, Selalu ada bisikan dari Tuhan kepada kita.

Wagub Josef berharap dalam bermusyawarah ini, hilangkan nafsu amarah tapi tingkatkan ketiga nafsu yang selalu mengajarkan kebaikkan.

Dalam bermusyawarah, apapun pasti akan membicarakan program kerja kedepan, akan membicarakan figur-figur yang lain dan itu harus didalam susunan musyawarah dan mufakat.

Sekretaris Jendral (Sekjen) MUI Pusat, Dr H. Buya Emirsyah Tambunan dalam sambutannya mengatakan, di MUI itu ada 2 fungsi yaitu sebagai pelayan Umat dan sebagai mitranya pemerintah.

Menurut Buya Emirsyah, kalau kebijakkan pemerintah itu benar, MUI akan mendukung, tapi sebaliknya apabila kebijakkan itu tidak benar, maka MUI memberikan nasehat.

” MUI harus konsekwen sesuai dengan konstitusi kita. Apa bunyi konstitusi kita? bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, dilaksanakan oleh undang-undang dalam hal jni wakil rakyat yang ada di DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan DPRD Kota. Pemerintah diberikan mandat untuk memimpin pelaksanaan kontitusi itu,” tandasnya.

Ditambahkan Buya, kalau ada konstitusi yang belum sesuai dengan kedaulatan rakyat, maka rakyat bisa menyampaikan saran, usulan bahkan masyarakat yang terdiri dari organisasi kemasyarakatan yang banyak ini, bisa sampaikan bersama MUI.

“Saya mau menitipkan pesan, karena ini adalah permusyawaratan tertinggi maka aspiratif pemikiran, pendapat harus kita rumuskan bersama-sama. Apapun pikiran dan pendapat, saya percaya bisa diselesaikan dengan sebaik-baiknya,” kata Buya Emirsyah.

Ketua MUI Provinsi NTT KH Abdul Kadir Makarim menyampaikan, MUI NTT telah tumbuh senafas dengan nadi masyarakat muslim NTT.

Dimana dalam kehidupan keagamaan di NTT senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemajemukkan dan toleransi.

Oleh karena itu kata KH Abdul Makarim, MUI NTT terus merawat sebagai nilai keontetikkan, ke NTT-an. MUI NTT selalu bergandengan tangan dengan pemerintah daerah maupun lembaga-lembaga keagamaan lainnya untuk senantiasa mengilhami kemajemukkan sebagai fitrih dan rahmat bagi semuanya di NTT.

” MUI NTT dalam kepemimpinan saya selama 25 tahun, telah menorehkan catatan positif maupun negatif. Namun dari semua itu perlu kita garis bawahi bahwa memimpin MUI harus mengedepankan prinsip bahwa selalu ada di posisi tengah, tidak boleh berat kanan, tidak boleh berat kiri baik dalam ruang keagamaan, sosial bahkan dalam tatanan politik,” tegasnya.

Oleh karena itu, dirinya berharap menahkodai MUI NTT, harus bersifat netral dalam segala kepentingan dan konflik tidak boleh mengambil sikap keras atau tawadhu tidak boleh juga sikap mempermudah atau tasawuf sebagai upaya menggapai marwah dan eksistensi MUI NTT.

KH Abdul Kadir Makarim berpesan kepada semuanya, bahwa nantinya MUI NTT yang akan datang, harus bersama pemerintah aktif berperan menyukseskan baik dalam urusan keumatan dan kebangsaan.

Harus merawat persaudaraan, kemajemukkan dan toleransi sebagai perekat kekuatan dalam mewujudkan cita-cita bersama.( ER).

error: Content is protected !!