KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Badan Pusat Statistik ( BPS) Provinsi NTT menggelar Rakorda 2023 dalam upaya integrasi evaluasi rangkaian kegiatan SP 2023 dan kegiatan BPS lainnya di tahun 2023 dan juga untuk melakukan rilis hasil pencacahan tetap SPT 2023 tahap Satu Provinsi NTT.
Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 4 -5 Desember 2023 ini inipun sekaligus dalam upaya menggaraihkan kerja-kerja tim BPS dari provinsi sampai kabupaten/kota di NTT
menuju Indonesia Emas Tahun 2045.
Adapun peserta terdiri dari Kepala dan staf BPS Kabupaten Kota, Provinsi, Petani Gurem, Insan Pers dan OPD dan kontak tani nelayan se Provinsi NTT.
Kepala BPS Provinsi NTT Matamita B.Kale dalam sambutan dan arahan sekaligus membuka kegiatan Rakorda dan Rilis Hasil Pencacahan SPT 2023 Tahap I Provinsi NTT Senin 4 Desember 2023 di Asthon Hotel menjelaskan, kilas balik pelaksanaan SPT 2023 bahwa pada 2045, Indonesia akan genap berusia 100 tahun dan akan dikenal dengan sebutan Indonesia Emas tahun 2045.
Visi dan kampanye menuju Indonesia Emas Tahun 2045 adalah Negara Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan dan point pentingnya adalah Berkelanjutan.
Dalam menjawab visi tersebut, dibutuhkan transformasi ekonomi dari kondisi sekarang mestiny kita harusnya melakukan transformasi sehingga visi Indonesia Emas 2045 itu kita dicapai.
“Salah satu adalah Transformasi Ekonomi di sektor pertanian yang merupakan kunci untuk pelaksanaan pembangunan di Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” tandas Matamira.
Dijelaskannya, pentingnya Tranformasi Ekonomi Sektor pertanian adalah karena pertama kebutuhan primer manusia adalah pangan. Dan saat ini perekonomian Indonesia masih ditunjang oleh sektor pertanian, kalau secara nasional terbesar dari sektor industri pengolahan menduduki urutan pertama, namun sektor pertanian menduduki urutan kedua.
“Di Provinsi NTT pertanian merupakan sektor pertama yang memberikan kontribusi terbesar bagi pertumbuhan perekonomian provinsi NTT. Saat ini perekonomian NTT sekitar 30% dihitung dari sektor pertanian,” jelasnya.
Kesukseksan sektor pertanian NTT dalam meningkatkan perekonomian di NTT khususnya dalam kesejahteraan petani, itu merupakan hal yang penting untuk sama-sama dilakukan oleh pemerimtah bersama stakeholder terkait untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebelum kita mencapai Indonesia Emas di 2045.
Dan itu juga menjadi salah satu tujuan dan mengapa Sensus Pertanian perlu dilakukan.
Tujuan dan manfaat dari dilakukan SPT, adalah pertama memberikan gambaran yang komprehensif terkait pertanian dan kebijakannya.
Khususnya di NTT misalnya berapa jumlah pelaku usaha pertanian, bagaimana struktur demografi dari petani, bagaimana jsnis kelamin dan umurnya.
Lalu bagaimana potensi pertanian menurut wilayahnya. Kita bisa tahu volume dan nilai produksi komoditas perymtanian. Apakah sudah mencukupi kebutuhan dimestok di NTT dan lewat SPT akan memberikan jawaban. Termasuk luas lahan pertanian.
Kedua, meningkatkan kualitas desain kebijakan. Kebijakan harus berlandaskan data yang akurat. Misalnya dalam pemyaluran subsidi pupuk dimana harus berdasarkan komoditasnya dan jika data akurat maka petani akan efektifnya dalam penyalurannya.
Ketiga, meningkatkan kualitas data pertanian nasional. Hasil SPF 2023 dapat digunakan sebagai kerangka sampel pertanian yang mutakhir. Itulah manfaatnya sensus ekonomi, penduduk dan pertanian harus didahului dengan suevei.
Dan untuk memilih sampel dalam pelaksanaan sensus, kalau kerangka tidak akurat maka sampel tidak akan mencerminkan fungsi dari populasi, sehingga hasil dari sensus itu akan digunakan sebagai sampeling frame atau frame untuk pemilihan sampel.
Jadi setiap sampel akan menghasilkan frame sehingga survei-survei yang dilakukan secara metodologi akan menggunakan sampeling frame yang akurat atau sampel-sampel yang diambil akan mewakili satu populasi. Itulah manfaat sensus pertanian.
Sampel dari BPS ini nantinya bisa digunakan oleh Dinas Pertanian, peternakan, kehutanan dan dinas terkait frame dari sensus pertanian ini misalnya dalam penyusunan dan penetapan perencanaan program pembangunannya lewat Forum NTT satu data.
BPS sebagai pengguna data dan OPD sebagai produsen data bisa berkerjasama dalam memanfaatkan survey-survey yang dilakukan OPD terkait.
Issue terkini terkait pangan misal dari kondisi iklim terhadap hasil produksi pangan dimana butuh kebijakan strategis dalam menjawab tantangan isue pangan tersebut.
Selain SPT 2023 BPS NTT juga lakukan kegiatan besar skala sensus seperti Regsosek dan pendataan Koperasi dan UMKM. Dan perlu komitmen untuk sajikan data berkualitas.
BPS NTT sudah memulai dari awal tahun 2023 dan terus berjalan dan tiba pada diseminasi SPT 2023 tahap 1 ini ada 8 indikator dan 35 variabel baik di tingkat nasional dan daerah.
Yakni jumlah usaha pertanian dan rumah tangga usaha pertanian, demografi pengelola usaha pertanian, lahan yang dikuasai, rumah tangga petani gurem, petani milenial menurut wilayah, umur dan jenis kelamin, urban farming, komoditas strategis paling banyak dihasilkan masyarakat di NTT.
“Kami siapkan data berupa pamflet, buklet, dan data rilis di website kabupaten kota,” katanya.
Ia juga melaporkan capaian kinerja BPS NTT seperti pengharagaan sebagai publik informatif, 20 Besar Penyelenggara Desa Cantik se Indonesia tahun 2023 yaitu di desa Kabuna, Belu dan penghargaan di bidang keuangan baik provinsi dan kabupaten kota.(ER)