BALI. NUSA FLOBAMORA – Petani di Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana dan Badung, menghadapi kendala saat memasuki masa panen.
Curah hujan tinggi menurunkan hasil panen dan rendemen, diperparah oleh serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Harga gabah kering panen (GKP) pun belum mencapai Harga Pembelian Pemerintah (HPP), sehingga petani berharap Bulog dapat menyerap gabah dengan harga layak.
I Wayan Riasa, petani asal Desa Pangyangan, Jembrana, mengungkapkan bahwa harga gabah di lahannya saat ini hanya Rp6.100.
“Kami berharap agar Bulog membantu petani untuk menyerap dan memberikan harga yang layak sesuai dengan HPP. Dengan demikian, petani juga makin giat berusaha tani,” kata Wayan Riasa.
Ia menjelaskan bahwa produktivitas tanaman padi di desanya mencapai 7 ton per hektare, dengan luas tanam 17 hektare.
I Nengah Suandiasa, penyuluh pertanian Jembrana, juga melaporkan bahwa harga GKP belum sesuai dengan HPP yang ditetapkan.
Hal ini disebabkan oleh cuaca buruk sebelum panen, yang membuat banyak tanaman padi rebah dan memengaruhi kualitas gabah.
“Faktor cuaca dan tingginya kadar air gabah kering panen sangat berpengaruh pada harga jualnya,” kata Suandiasa.
Ia menambahkan, serangan hama penggerek batang padi kuning turut menurunkan hasil panen secara signifikan.
Sementara itu, Tresnaningsih, penyuluh pertanian di Kelurahan Kerobokan, Badung, menyampaikan bahwa panen di lahan seluas 22 hektare masih berlangsung. Namun, hasil panen belum maksimal karena tingginya curah hujan.
Produktivitas di Kelurahan Kerobokan tercatat mencapai 6,7 ton per hektare, dan pada Februari mendatang panen akan dilanjutkan di lahan seluas 29 hektare.
Keluhan serupa disampaikan I Nengah Sugiana, petani di Kerobokan, yang mengungkapkan harga gabah rendah, diperburuk oleh akses ke lokasi panen yang sulit karena berada di seberang aliran sungai.
“Sebenarnya harga gabah di lahan sebesar Rp5.800. Kami berharap bahwa sisa panen kami kali ini bisa dibeli sesuai dengan HPP yang ditetapkan pemerintah,” kata Sugiana.
Ia juga menjelaskan bahwa cuaca buruk dan serangan OPT memengaruhi kualitas panen.
“Walau saat ini kualitasnya berkurang karena curah hujan tinggi dan serangan OPT, kami berharap Bulog mau menyerap gabah kami secara maksimal,” tambahnya.
Dengan berbagai kendala yang dihadapi petani, mereka berharap ada dukungan konkret dari pemerintah, khususnya melalui Bulog, untuk menyerap hasil panen dengan harga layak demi keberlanjutan usaha tani dan menjaga ketahanan pangan.(*/Rilis Berita SMK N PP Kupang/ER)