KUPANG. NUSA FLOBAMORA—Komunitas Gerakan Seribu Rupiah (GESER) yang digagas Zakarias Mobi Pada alias Mobi Pada, terus berkarya membantu kaum marginal di seluruh wilayah NTT. Gerakan sosial yang dimulai sejak 2015 itu kini telah membantu warga di beberapa bidang.
Komunitas GESER ini tidak berhaluan politik terapi semata-mata menggugah kesadaran warga untuk membantu orang susah pada segala bidang.
Dalam karya inipun melibatkan relawan yang bekerja sukarela dan dana GESER dipertanggungjawabkan secara transparan.
Ketua sekaligus penggagas Komunitas Gerakan Seribu Rupiah (GESER), Mobi Pada menyampaikan ini ketika ditemui di kediamannya di Kupang, Sabtu (1/1/2022).
Diceritrakan Mobi Pada bahwa ide terbentuknya Komunitas GESER ini dimulai dari dirinya sejak tahun 2015. Sebelumnya dia berkarya di Yayasan WWF Indonesia yang bergerak di bidang lingkungan hidup atau konservasi alam.
” Ketika bertugas di Alor setiap Sabtu dan Minggu saya meluangkan waktu ke kampung di Desa Lembur Tengah, Kecamatan Alor Tengah Utara, Kabupaten Alor. Di daerah ini infrastruktur jalan sangat parah juga masalah lain. Dengan melihat realitas ini maka tergerak hati saya untuk berbuat sesuatu untuk bantu warga,” tutur Mobi Pada.
Dia melanjutkan, melihat kondisi ini maka sebagai anak daerah tidak mau mengkritik pemerintah tetapi harus memberikan solusi.
“Maka saya buat akun FB nama Mobi Pada. Nama baptis saya memang Zakarias Mobi Pada tapi di akun FB saya pakai nama Kakek saya, Mobi Pada. Maka lahir gagasan untuk mengatasi jalan ini dengan gerakan seribu rupiah itu,” katanya.
Dijelaskan Mobi Pada, dari hasil postingan di akun FB soal kondisi jalan yang rusak melahirkan simpatik dari anak-anak dari desa tersebut yang tinggal di berbagai daerah.
“Dari gerakan ini anak-anak kampung itu mulai kumpul uang. Hitungan saya kalau warga di kampung sekitar 500 orang maka sudah terkumpul Rp 500.000 dan ini bisa beli semen. Maka dari uang itu kami dekati pemerintah desa dan semua warga kerja swadaya, gotong royong dan mendapat respon positif,” ujar Mobi Pada.
Dalam tempo sebulan, kata Mobi Pada, jalan yang rusak itupun diperbaiki dan kini sudah dinikmati warga sejak tahun 2015.
Ditanya kegiatan sosial lanjutan, Mobi Pada menyampaikan bahwa sejak penanganan jalan, ada sedikit Jedah waktu. Dalam perjalanan ada teman FB memposting soal kondisi gedung sekolah yang rusak berat di Alor.
“Saya kemudian gerakkan relawan dan donatur yang berhati mulia untuk lakukan gerakan GESER. Respon hampir dari mana-mana dan dana kami kumpulkan kemudian bantu perbaiki sekolah negeri yang rusak berat dan sekarang sudah bisa dinikmati para guru dan siswa di sana,” katanya.
Dia menambahkan, tidak berhenti disitu, tetapi terus ada persoalan lagi dalam bidang kesehatan. Ada warga yang terkena penyakit Hidrosefalus dan kanker tumor termasuk anak kekurangan gizi.
“Semua kami bantu dengan GESER ini. Kami gugah siapapun dengan gerakan sosial seperti ini dan banyak yang simpatik membantu. Sampai sekarang belasan sekolah sudah kami bantu dari GESER, pasien sudah ratusan terutama di daratan Timor, Sabu Raijua, Sumba, Flores dan diluar NTT seperti di Kalimantan Selatan,” tandas Mobi Pada.
Mobi Pada menegaskan, urusan menghimpun dana sumbangan disampaikan melalui satu pintu. Maksudnya pada satu rekening dan secara transparan menyampaikan berapa besar dan dari siapa pengirimnya. Ini agar tidak saling curiga karena kelola uang orang sangat rawan.
“Syukur sampai sejauh ini semuanya saling tahu dan saling percaya sehingga semua kegiatan yang kami lakukan berjalan lancar. Kerja teman-teman relawan juga baik. Ini kerja sukarela tanpa paksaan. Kita transparan dalam hal penggunaan dana GESER,” ujar Mobi Pada.
Soal adanya intervensi dari pemerintah turut membantu kerja-kerja komunitas, Mobi Pada menyampaikan, bantuan pemerintah sebatas perlancar urusan administrasi semisal terkait BPJS sedangkan dalam bentuk dana sosial tidak ada.
“Kita cuma dibantu perlancar urusan soal BPJS atau perlancar koordinasi dengan orang kesehatan jika ada yang sakit. Untuk jemput pasien, antar ke rumah sakit kita yang bantu sampai sembuh diantar pulang ke rumah. Intinya kami lakukan gerakan swadaya,” tandas Mobi Pada.
Menurutnya, Komunitas Geser ini bebas dan bisa bermitra dengan siapa saja termasuk pemerintah daerah. Tapi pemerintah daerah itu mereka minta legalitas. Mungkin juga pemerintah secara organisasi mau membantu GESER tetapi karena GESER ini belum ada legalitas maka pemerintah juga berpikir, mau bantu dengan cara apa.
Menurutnya, secara pribadi pemerintah memang memantau gerakan GESER ini, bahkan mereka ada dibelakang GESER.
“Setelah saya tampil di salah satu acara televisi yaitu acara Kick Andy Show dan pada 20 Desember 2021 itu saya menerima Satya Lencana Kebaktian dari Bapak Presiden Joko Widodo di Bangka Belitung. Satya lencana yang diberikan itu berkat jasa terhadap Bangsa dan Negara khususnya dibidang kemanusiaan sosial,’ tuturnya.
Sebelumnya itu, dirinya didatangi oleh tim dari Kementrial Sosial dan Sekertaris Militer Kepresidenan RI pada tamggal 18 September 2021 di Kabupaten Alor tepatnya di Kantor Dinas Sosial untuk mewawancarainya, untuk uji petik kelayakan. Sebelumnya biodata dan data tentang GESER dari tahun 2015 sampai sudah dikirim kepusat.
Harapannya kepada pemerintah dalam hal ini , Kota, Kabupaten maupun Provinsi, ada banyak ketimpangan sosial yang realitasnya seperti begitu, kalau masuk ke pelosok-pelosok, jangankan di pelosok dipinggir jalan sering ditemui orang-orang yang patut dibantu.
Dirinya berharap, untuk masalah sosial pemerintah sudah harus lebih peka dan lebih mengedepankan dan menjadikan salah satu prioritas karena baginya, orang sehat dulu, orang sejahtera dulu baru bisa melakukan berbagai aktifitas.
Tetapi sebaliknya dalam keadaan sakit, otaknya tidak bisa berpikir apa yang harus dilakukan.
Menurutnya, program apapun yang dilakukan, tapi kalau orang itu dalam keadaan serba kekurangan dalam arti dari segi sosialnya itu ada kepincangan maka mereka juga tidak bisa bergerak apa-apa. Maka paling tidak itu diprioritaskan.
Kalau seandainya ada bantuan-bantuan sosial katanya, yang harus sampai ketangan masyarakat, perhatikanlah mereka-mereka yang sementara membutuhkan.
“Pemerintah punya hak dan kewajiban tapi kita sebagai anak-anak negeri, punya rasa tanggung jawab. Kita bukan hanya sekedar mengkritisi pemerintah, tapi kita harus punya kepedulian dan kita punya aksi yang saling mendukung. Sekecil apapun yang kita buat untuk orang tersenyum, itulah yang terbaik yang kita lakukan,” pungkasnya.(ER).