KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi kepulauan yang terdiri dari 4 pulau besar yaitu Flores, Sumba, Timor dan Alor, yang sering disebut FLOBAMORA.
Dengan kondisi iklim yang terkenal dengan musim kemarau panjang, masalah pangan menjadi tantangan tersendiri.
Salah satu upaya untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan konsep menciptakan daerah sumber pangan/lumbung pangan baru yang terintegrasi yaiti Food Estate.
Food Estate merupakan upaya pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kebijakan dan program tersebut sebagai antisipasi menghadapi adanya krisis pangan yang merupakan warning dari Badan Pangan Dunia (FAO).
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan Program Food Estate di Kabupaten Sumba Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mampu mengatasi persoalan kemiskinan di daerah itu.
“Program Food Estate di Sumba Tengah sangat berhasil karena mampu mengatasi kemiskinan yang dialami warga di daerah itu,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo
Mentan Syahrul Yasin Limpo mendorong kabupaten-kabupaten yang memiliki warga miskin terbanyak di NTT untuk dapat mengaplikasi Program Food Estate seperti dilakukan di Sumba Tengah dalam mengatasi kemiskinan.
“Kalau mau kaya atau tidak miskin yaitu bertani. Alam NTT sangat potensial untuk pengembangan usaha pertanian yang mampu membuat petani menjadi kaya dan keluar dari lilitan kemiskinan. Pemerintah akan siap membantu memberikan bantuan pendidikan bagi petani dan bantuan peralatan mesin pertanian untuk pengembangan usaha pertanian,” kata Mentan Syahrul Yasin Limpo.
Sementara di kesempatan lain Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Prof.Dr. Dedi Nursyamsi, M.Agr dalam kesempatan kunjungan ke lokasi food estate Sumba Tengah 26 Mei 2022 mengatakan Food estate yang menjadi program strategis nasional merupakan konsep pengembangan sentra produksi kawasan pangan yang berbasis korporasi dengan badan usaha tingkat petani yang mengelola usaha tani pangan mulai dari hulu hingga hilir secara berkelanjutan dan terintegrasi.
“Program Food Estate atau lumbung pangan Nasional di Kabupaten Sumba Tengah menorehkan hasil memuaskan. Bahkan, hasil panen padi dan jagung meningkat signifikan yang tadinya sebelum ada program food estate jagung produktifitasnya hanya 2 ton per hektar namun setelah adanya program food estate produktifitas jagung menjadi 5 ton per hektar, sedangkan padi sebelum adanya food etate hanya 3 ton per hektar namun setelah ada food estate menjadi 5 ton per hektar dan bahkan kalau saja tidak ada hama belalang maka produktifitasnya bisa mencapai 6 Ton per hektar. “ ujar Dedi
Lanjut Dedi, dalam pelaksanaan program food estate di Sumbah Tengah tahun 2022 sekitar mengalami sedikit kendala yaitu lahan pertanian di sumba tengah di serang hama belalang Kumbara. Dan kita harus segera mencari solusi pemecahan masalah hama ini.
Di Kabupaten Sumba Tengah, belalang kembara yang berasal dari padang rumput (savana). Kondisi populasi di lapangan bervariasi dari nimfa sampai dengan dewasa.
Ledakan serangan hama Belalang Kembara(Locusta migratoria)di Pulau Sumba telah memusingkan petani dan masyarakat setempat.
Serangan hama ini mengakibatkan sebagian petani terancam gagal panen bila tidak segera dikendalikan. Populasi belalang kembara yang sangat besar ini dalam waktu yang singkat dapat menghancurkan pertanaman padi, jagung, dan komoditas tanaman pangan lainnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah, Umbu K. Pari, S.TP yang mendampingi Kepala Badan Dalam Kunjungannya ke wilayah Food estate Sumba Tengah menegaskan bahwa Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Tengah beserta seluruh jajarannya siap berkolaborasi menangani belalang kembara dan mengamankan wilayahnya dari serbuan hama tersebut.
“Kami beserta seluruh jajaran Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah siap untuk bersama-sama dengan Tim dari pusat Kementan dan masyarakat Sumba Tengah bergotong royong mengendalikan hama belalang kembara yang kini meledak serangannya. Kami siap mengamankan Sumba tengah dari serbuan belalang kembara”, terang Pria yang biasa dipanggil Umbu Pari ini.
Lanjut Umbu Pari, jajarannya sangat senang dengan kehadiran Prof Dedi mewakili Kementan dan berharap mendapat saran-saran pemecahan masalah dalam menangani hama belalang kumbara ini agar pertanian di sumba tengah bisa normal kembali dan petani tidak rugi berkepanjangan dengan adanya hama belalang kumbara ini.
Dalam mengatasi masalah hama belalang Kementerian Pertanian telah membentuk gugus tugas khusus untuk mengendalikan hama belalang ini yang bekrjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi/Universitas di Indonesia antara lain Institute Pertanian Bogor, UGM dan tentu saja Universitas Nusa Cendana yang ada di Kupang.
Dalam kesempatan terakhir Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Prof .Dedi Nursyamsi mengatakan dalam pengendalian Hama Belalang ada tiga rekomendasi yang beliau dapat dari prof Guru Besar IPB yang juga merupakan salah satu Tim Gugus Tugas Khusus pengendalian Hama Belalang di Sumba.
Yaitu pertama insec patogen dengan cara bio control yaitu disemprotkan kebelalang agar belalang itu sakit sehingga menularkan ke belalang lainnya sehinga belalang itu mati dan mengurangi populasi hama belalang.
Yang kedua jadikan hama belalang ini sebagai pakan ternak karena belalang banyak mengandung banyak protein dan kita manusia juga isa mengkonsusmsi belalang ini karena banyak mengandung protein.
Yang ketiga yaitu melakukan monev yang ketat sebaknya lebih bagus monev dari awal mengecek populasi belalang kumbara dari minggu ke minggu dari bulan ke bulan sehingga bisa mengetahui cara pencegahan dan penaggulanngan populasi belalang kumbara.(*/ER/Rilis Berita BBPP Kupang).