Kementan RI Dukung Food Estate di Belu

Kementan RI Dukung Food Estate di Belu

KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluh dan Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) tak pernah berhenti memperkuat kapasitas insan pertanian.

Kali ini Kementan memperkuat kapasitas SDM penyuluh melalui pelatihan Integrated Farming Berbasis Jagung.

Pelatihan Integrated Farming dilaksanakan di Kabupaten Belu, diikuti oleh 30 orang Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Belu.

Dalam acara pembukaan hadir Kepala dinas Pertanian dan Ketahanan pangan Kabupaten Belu beserta jajarannya dan juga di hadiri oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang beserta jajarannya.

Pelatihan Intehrated farming bagi penyuluh dilaksanakan selama 7 hari sejak tanggal 22 April sampai dengan 28 April 2022 di Kabupaten Belu.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL mengatakan, penyuluh merupakan ujung tombak agar sektor pertanian berkembang ke arah yang maju, mandiri dan modern.

Oleh karenanya, apabila pertanian kita ingin terus meningkat, Mentan SYL menilai kapasitas insan pertanian, dalam hal ini penyuluh merupakan hal yang penting untuk terus ditingkatkan.

“Kata kuncinya adalah SDM. Apabila maju SDM kita, maka maju pula sektor pertanian kita. Kalau SDM pertanian kita mumpuni, maka pertanian yang maju, mandiri dan modern juga dapat kita capai,” kata Mentan SYL.

Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi salam sambutan pembukaannya menerangkan, saat ini kita menghadapi kondisi yang tidak biasa-biasa saja. Pandemi Covid-19 seakan-akan menjadi gerbang ke arah ketidakpastian.

“Baru saja pandemi menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, kita didera perubahan iklim dan dampak ikutan berupa permintaan produk yang melonjak, sementara ketersediaan masih terbatas akibat pandemi,” kata Dedi

Akibatnya, kata Dedi, harga bahan pangan melambung. Kondisi ini diperparah dengan perkembangan geopolitik baru-baru ini, di mana Rusia menginvasi Ukraina.

Berdasarkan data terbaru, inflasi Indonesia terkendali di angka 2,64%, lebih rendah dibandingkan dengan Korea Selatan (4,1%), Perancis (4,5%), jauh lebih rendah dari Turki (61,14%), dan Argentina (52,3%).

“Keberhasilan tersebut tidak lepas dari koordinasi dan kolaborasi semua sektor, dalam menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang/jasa. Terutama sektor pangan, yang menjadi tulang punggung ketahanan negara,” paparnya.

Dikatakan Dedi, pertanian akan selalu menjadi tumpuan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat global.

Sumber daya alam dan output berbagai kegiatan pertanian menjadi penyedia berbagai kebutuhan yang umumnya dapat dikelompokkan sebagai 4F, yaitu pangan (food), pakan (feed), bahan bakar (fuel), serta serat dan bahan baku industri lain (fibre).

Selain itu, ada tuntutan lain berupa kelestarian lingkungan (environment).

“Tantangan ini akan terus muncul dan menuntut penerapan berbagai inovasi yang dapat meningkatkan output untuk mengimbangi kebutuhan food, feed, fuel, dan fibre, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” ujar Dedi.

Agenda penguatan ketahanan pangan, kata Dedi melanjutkan, dilakukan dengan strategi peningkatan kapasitas produksi, membangun pertanian berbasis kawasan (Food Estate), terutama dengan pemanfaatan lahan tidur atau lahan yang kurang produktif.

“Termasuk penganekaragaman pangan lokal untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap produk-produk impor. Kita semangat kurangi impor, tingkatkan ekspor,” tegas Dedi.

Dengan memperhatikan semua kondisi tersebut, Dedi menilai diperlukan inovasi yang responsif dan adaptif, yang mendukung peran pertanian di antara pemenuhan berbagai kebutuhan, serta berdaya saing dan berkelanjutan.

“Salah satunya adalah berbagai inovasi terkait dengan pertanian terpadu (integrated farming) yang lebih efisien dan menguntungkan, serta ramah lingkungan,” tutur Dedi.

Untuk itu, diperlukan pelatihan untuk mencetak SDM pertanian, terutama penyuluh pertanian, yang memahami penerapan integrated farming berbasis jagung.

“Ini merupakan awal yang baik dalam mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani,” kata Dedi.

Di kesempatan yang sama Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang dan Kepala Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kabupaten Belu sangat mengapresiasi apa yang di sampaikan kepala Badan dalam sambutan pembukaan Pelatihan Integrated farming.

Semoga apa yang di sampaikan oleh kepala badan dapat memotivasi PPL Kabupaten Belu untuk bekerja dengan semangat dan terus berinovasi untuk membangun pertanian di Kabupaten Belu agar lebih berkembang dari sebelumnya.(*/ER/Rilis Berita BBPP Kupang).

error: Content is protected !!