KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Sektor pertanian saat ini tidak hanya ditujukan untuk mempertahankan dan memantapkan swasembada pangan khususnya beras namun mencakup pula peningkatan produksi pertanian secara luas dan menyeluruh, termasuk hasil hortikultura seperti bawang merah dan bahan makanan yang lain.
Salah satu komoditas unggulan hortikultura khususnya dalam kelompok sayuran adalah bawang merah.
Bawang merah merupakan produk yang sangat penting khususnya bagi masyarakat Indonesia, merupakan bumbu yang tidak memiliki barang pengganti (substitusi).
Mentan mengatakan bawang merah merupakan salah satu komoditas yang berpengaruh pada inflasi di Indonesia, untuk itu dirinya mengingatkan agar kepala daerah menjaga produktivitas bawang merah untuk menjaga inflasi.
“Bawang merah adalah bagian-bagian dari komoditi yang berpengaruh pada inflasi di negara ini termasuk cabai. Produktivitas ini harus dijaga agar inflasi kita di sektor pangan bisa kita jaga untuk tidak drop,” kata Yasin Limpo
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi mengatakan Perubahan Iklim Ekstrim tidak menghalangi insan pertanian di pusat dan daerah untuk menjamin ketersediaan pangan bagi 267 juta jiwa rakyat Indonesia.
Dalam mendukung program strategis Kementan, sudah waktunya petani tidak hanya mengerjakan aktivitas on farm akan tetapi mampu menuju ke off farm, terutama pasca panen dimulai dari cara penanganan panen yang baik (Good Handling Practices), proses pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tambah dan daya saing hingga pengemasan yang menarik.
Hal ini sejalan dengan Rencana Kerja Kementerian Pertanian mengenai peningkatan diversifikasi pangan dan pemantapan ketahanan pangan dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal, salah satunya adalah tanaman hortikultura Bawang Merah dan cabai.
Produk bawang merah mempunyai sifat bulky yang mudah rusak dan tidak tahan lama sehingga penanganan pascapanen sangat diperlukan sebagai upaya penyelamatan hasil dan peningkatan nilai suatu produk.
Penanganan pascapanen bawang merah yang baik dapat menekan tingkat kerusakan serta meningkatkan daya simpan bawang merah sehingga bawang merah yang dihasilkan mempunyai mutu dan kualitas yang baik.
Selain itu, penanganan untuk memperpanjang umur simpan bawang merah berdampak pada terpenuhinya permintaan pasar secara kontiniu.
Untuk menjamin ketersediaan pangan dan menjaga stabilitas harganya, Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang mengelar Pelatihan Pasca Panen Bawang Merah di Kabupaten Rote Ndao.
Pelatihan tersebut di ikuti 30 orang petani bawang merah dan petani cabai sebagi peserta dan di buka oleh Sekretaris BPPSDMP Dr. Ir. Siti Munifah, M.Si dan di dampingi oleh Kepala Balai Besar Pelatihan Peternakan Dr. Ir. Yulia Asni Kurniawati, M.Si dan Kepala Dinas Pertanian Kab. Rote Salmun Haning, SE
Dalam Sambutannya Dr. Ir. Siti Munifah Mengatakan penanganan Pasca Panen ini saya penting untuk menjamin ketersediaan pangan
“Tujuan penanganan pascapanen bawang merah ini adalah untuk memberikan panduan penanganan pascapanen yang baik kepada petani dan pelaku pascapanen untuk peningkatan mutu bawang merah, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi petani sehingga dapat melakukan penanganan pascapanen bawang merah dengan baik dan mampu menghasilkan bawang merah yang memenuhi persyaratan mutu” Ujar Siti Munifah
Di kesempatan yang sama Kepala Balai Dr. Ir Yulia Asni Kurniawati, M.Si berharap peserta pelatihan dapat mengikuti pelatihan ini dengan bersungguh-sungguh
Pelatihan ini sangat penting buat kita semua terkhusus bagi petani bawang merah dan cabai di kab Rote Ndao, agar dapat memanfaatkan hasil panen cabai dan bawang merah lebih baik lagi untuk menjamin ketersedian pangan.
Tujuan panen bawang merah adalah memungut hasil kegiatan budidaya berupa umbi yang telah masak secara fisiologis berdasarkan kondisi fisik dan umur tanaman agar diperoleh hasil yang optimal baik kualitas maupun kuantitas.
Tujuan pasca panen adalah melakukan tindakan-tindakan pada komoditas yang telaH dipanen untuk mempertahankan kualitas dan menekasn resiko kerusakan ataupun kerugian lainnya.
Menghadirkan Widyaiswarayang kompeten dan sangat berpengalaman dibidangnya, Kegiatan Pelatihan yang dilaksanakan di Kabupaten Rote Ndao ini tidak saja dilaksanakan dengan penyampaian materi.
Namun juga dilaksanakan praktik Penaganan Pasca panen secara langsung dilapangan adapun materi yang sampaikan antara lain:
Penentuan Waktu Panen
Tujuan penentuan waktu panen adalah untuk memperoleh kondisi tanaman yang optimal sehingga dapat dilakukan pemanenan bawang merah dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Penentuan waktu panen bawang merah dapat dilakukan dengan cara: (1) Visual yaitu kondisi daun mulai menguning, daun rebah, umbi tampak menonjol dari permukaan tanah, dan warna umbi kelihatan kemerahan; (2) Komputasi yaitu penentuan umur tanaman sejak tanam (tergantung varietas/kultivar, cuaca/musim dan pemeliharaan
Teknik dan Cara Panen
Pemanenan dilakukan dengan cara: (1) mencabut seluruh bagian rumpun tanaman secara manual dengan tangan sehingga umbi dan akar turut tercabut;(2) bila umbi bawang merah sulit dicabut karena tanah keras dapat dilakukan dengan alat bantu cungkil;
(3) panen dilakukan serentak seluruh petak untuk umur tanaman yang sama;(4) Panen dilakukan pagi hari setelah tidak ada embun; (5) untuk tujuan bibit, panen dilakukan siang hari dan sehari sebelum panen tidak boleh disiram.
Pelayuan (curing) dan Pengeringan
Kegiatan ini segera dilakukan setelah panen untuk memperoleh bawang yang berkualitas baik dan daya simpan yang lama:
Pengikatan
Semua umbi yang dipanen segera diikat dengan menggunakan tali dari bamboo atau tali alang-alang pada bagian pucuk 3-5 cm dari ujung daun dengan besar ikatan segemnggam atau sekitar 1 kg basah/segar.
Pelayuan (curing)
Bawang merah yang telah diikat dilayukan dibawah sinar matahari selama 2-3 hari sampai tanah yang mempel mongering dan mudah dilepaskan. Curing berfungsi menutup luka yang terjadi saat panen.
Penjemuran
Lahan untuk menjemur (bekas pertanaman atau tempat lain) harus dialas daun atau anyaman bamboo untuk mengurangi kelembaban.
Bawang merah yang telah diikat ditata tidak bertumpuk dan daun menghadap ke atas agar daun cepat layu dan mongering.
Pada malam hari bawang merah harus ditutup dengan plastic transparan yang dibuat berlorong dengan penyangga dari lengkungan bambu setinggi 40 cm.
Penjemuran untuk bawang konsumsi selala 7-10 hari, sedangkan penjemuran untuk tujuan bibit selama 10-14 hari.
Pembalikkan
Selama penjemuran perlu dilakukan pembalikkan agar daun kering merata.
Penggedengan
Menyatukan 4-5 ikat basah menjadi satu ikatan kering.
Pembersihan
Dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada umbi bawang merah. Potong bagian akar dengan pisau kecil atau alat potong, hilangkan kotoran yang menempel pada umbi, lepas daun-daun kering dari umbi, pisahkan umbi bawang merah protolan (daun lepas), rapikan gedengan (ikatan).
Sortasi dan Grading
Sortasi dilakukan dengan memilih umbi yang bersih kemudian pisahkan berdasarkan: (1) ada tidaknya cacat pada umbi; (2) normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi; dan (3) ada tidaknya tanda-tanda penyakit yang melekat pada umbi.
Grading dilakukan berdasarkan ukuran umbi. Kelas mutu I umbi berdiameter 3-4 cm, kelas mutu II diameter umbi 2-3 cm dan kelas umbi III diameter umbi 2 cm.
Sortasi dan grading harus dilakukan secara professional karena menentukan harga setiap kelas mutu.
Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan di dalam gudang yang teduh dengan ventilasi ruang cukup baik, suhu 25-30oC dan kelembaban 70-75%.
Gudang penyimpanan dan rak-rak atau para-para yang akan digunakan harus bersih. Penyimpanan bawang merah untuk konsumsi maksimal 2 bulan, sedangkan untuk benih 2-3 bulan atau lebih.(*/Rilis Berita BBPP Kupang-AD/ER)