SUMATERA BARAT. NUSA – Kementerian Pertanian (Kementan) membangun komitmen bersama dengan KTNA (Kontak Tani Andalan Indonesia) dalam hal antisipasi perubahan iklim dan krisis pangan global.
Komitmen tersebut dituangkan dalam bentuk tertulis yang disaksikan dan ditandatangani langsung oleh Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) di akhir kegiatan Workshop Program Kementan, Komitmen KTNA dan Rekomendasi Antisipasi Perubahan Iklim dan Ancaman Krisis Pangan Global di Auditorium Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Jumat (9/6/2023).
Hadir pada kesempatan itu anggota Komisi IV DPR RI, Hanan Abdul Razak dan Hermanto, Ketua Perhiptani Isran Noor serta delapan jajaran Eselon I di lingkup Kementerian Pertanian.
Dalam keterangannya, SYL mengatakan, workshop yang diselenggarakan sehari itu tak akan cukup untuk terus-menerus menyamakan persepsi tentang pembangunan pertanian nasional.
Oleh karenanya, diperlukan lagi koordinasi lanjutan antara Eselon I Kementerian Pertanian dengan KTNA untuk menjalankan program pembangunan pertanian nasional.
“Kita harus berterimakasih kepada petani, karena pertanian menjadi bantalan ekonomi dalam menghadapi pandemi,” kata Mentan SYL.
Ke depan, Mentan SYL melanjutkan, dunia akan dihadapkan pada ancaman krisis pangan global, di mana 30 persen produktivitas pertanian diprediksi akan terus menurun.
“Oleh karenanya harus ada gagasan-gagasan, terobosan-terobosan seperti tiap kabupaten harus menjadi lumbung pangan, dengan cara menanam di tiap kabupaten seluas 1.000 hektare,” tutur Syahrul.
Hal yang perlu diperhatikan dalam Bimtek selanjutnya juga menurut Mentan SYL adalah efisiensi pemakaian pupuk dan mulai menggunakan lebih banyak pupuk organik.
“Kita kurangi pemakaian pupuk kimia. Satu hal lainnya adalah pemanfaatan KUR (Kredit Usaha Rakyat) sektor pertanian untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis pertanian,” ucap Mentan SYL.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi berharap, dengan penandatanganan komitmen bersama antara Kementan dengan KTNA.
Ia berharap setelah kegiatan PENAS XVI Petani-Nelayan akan terjalin sinergi bersama dalam menjalankan komitmen program antisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global.
“Komitmen bersama ini akan semakin membuat insan pertanian kita solid dalam mengantisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global,” kata Dedi.
Dikatakannya, Kementan sendiri telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global.
Salah satu kuncinya adalah petani harus terus dapat berproduksi tanpa mengalami kendala apapun.
“Kami sudah melakukan identifikasi terhadap berbagai tantangan yang akan dihadapi sehubungan dengan ancaman perubahan iklim. Langkah mitigasi dan adaptasi tersebut tentu membutuhkan kerja sama lintas stakeholder yang baik agar petani tetap dapat berproduksi dan meningkatkan produktivitasnya,” harap Dedi.
Ketua KTNA, M Yadi Sofyan Noor mengatakan, Workshop Program Kementan yang merupakan bagian dari Rembug Utama KTNA yang menghasilkan rekomendasi dari eselon I Kementan.
“Ada delapan Eselon I Kementan yang akan bekerjasama dengan KTNA dalam mengantisipasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global. Saya kira ini menjadi gerak bersama untuk kita dalam membangun pertanian nasional,” kata Sofyan Noor.(*/Rilis Berita BBPP Kupang/ER)