Kasus DBD Meradang, Gubernur NTT Minta Semua Elemen Cepat Tanggap

Kasus DBD Meradang, Gubernur NTT Minta Semua Elemen Cepat Tanggap

KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Kasus ini haruslah menjadi perhatian bersama untuk segera ditanggulangi bersama secepatnya.

Kita boleh fokus pada penanganan covid-19 , tapi DBD juga diseriusi dengan langkah cepat tanggap pula.

Hal ini dikatakan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat, saat memberikan sambutan dan membuka kegiatan Bakohumas 1 tahun 2022 dengan tema: Langkah-langkah Mitigasi dan Percepatan Penanganan Kasus Demam Berdarah Dengue( DBD ) di NTT, yang di wakili Assisten 3 Administrasi Umum Setda Provinsi NTT, Samuel Halundaka bertempat di Hotel Sasando, Selasa ( 15/2/2022).

Menurut Gubernur, DBD menjadi salah satu penyakit yang ditakuti karena mudah sekali menular, melalui gigitan nyamuk Aedes-Aegypti.

Nyamuk ini dapat berkembang biak dengan cepat pada musim hujan, karena pada musim ini menyebabkan terjadi genangan air, terutama genangan atau penampungan terbuka.

DBD dapat menyerang semua usia, tidak hanya anak-anak tetapi juga orang dewasa. Tetapi paling rentan adalah anak-anak karena daya tahan tubuhnya tidak sekuat orang dewasa.

Dikatakannya, Masyarakat memang harus tetap waspada terhadap ancaman DBD selain covid-19.

Upaya pencegahan yang penting harus dilakukan secara sadar oleh kita semua adalah dengan melakukan 4 M plus.

Menguras penampungan air atau mengeringkan genangan air, Menutup kolam atau wadah penampungan air, Mengubur barang bekas, dan Mendaur ulang limbah bekas agar tidak menjadi sarang nyamuk.

Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan Puskesmas terus berupaya secara rutin untuk melakukan upaya sosialisasi tentang ciri-ciri gejala DBD agar mudah diketahui masyarakat.

Ciri-ciri gejala DBD memang tidak langsung muncul, namun gejala paling umum yang sering dialami oleh seseorang adalah demam tinggi hingga 40 derajat celsius.

Untuk mengatasi persoalan DBD butuh dukungan semua pihak, masyarakat harus mendukung upaya dan intervensi pemerintah dalam menangani masaalah DBD, dengan selalu memperhatikan sanitasi lingkungan dan menerapkan pola hidup sehat sesuai arahan dari pemerintah.

Upaya-upaya preventif seperti abatenisasi, fogging, kulambunisasi, pemberantasan sarang nyamuk( PSN) serta pembentukan juru pematau jentik( jumantik) pada setiap rumah tangga merupakan bagian dari langkah-langkah cepat untuk pemberantasan DBD, agar masyarakat yang tertular bahkan yang mengalami kematian oleh karena DBD dapat segera di minimalisir.

Kepala Dinas Lingkungan hidup dan Kebersihan Kota Kupang, Orson Genes Nawa, SH yang juga salah satu pembicara di Rakor ini menyampaikan beberapa hal terkait DBD.

Dalam materinya soal penanganan dan pengelolaan sampah sebagai upaya pencegahan DBD, dia mengatakan soal, keterkaitan pengelolaan sampah dengan DBD.

Kata Orson, nyamuk Aides aegypti suka bertelur di dalam wadah tempat yang menampung air dan suka beristirahat ditempat gelao atau tersembunyi.

Pengelolaan sampah tidak memadai berpotensi menjadikan sampah sebagai faktor resiko peningkatan kasus DBD, sampah padat anorganik berpotensi menjadi wadah berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

Adapun upaya mencegah DBD melalui pengelolaan sampah yaitu dengan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mengosongkan TPS tepat waktu dan memberikan sosialisasi dan himbauan penggunaan sampah yang baik melalui media sosial, radio dan media cetak.

Kepala Dinas Kesehatan Kependudukan dan pencatatan sipil Provinsi NTT, diwakili oleh kepala Seksi Pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular, Ir Erlina R. Salmon, M.Kes
menyampaikan, situasi demam berdarah dengue( DBD) di Provinsi NTT, periode Januari-13 Februari 2022.

Pada tahun 2022 Ada peningkatan DBD di NTT dengan jumlah kasus 1155, mati 8, sembuh1107 dan masih di rawat 40 kasus.

Dikatakannya, NTT masuk dalam daftar 10 Provinsi dengan sebaran kasus DBD tertinggi di Indonesia sedangkan Kota Kupang berada dalam 5 besar Kabupaten/ Kota dengan kasus tertinggi di NTT.

Dibuktikan, bahwa Kabupaten / Kota di NTT pada tahun 2022 mengalami peningkatan kasus 58% jika dibandingkan dengan tahun 2021 pada periode yang sama (Januari-Februari).

Kota Kupang 208 kasus. Kabupaten yang mengalami peningkatan adalah Manggarai Barat, 212 kasus, Sumba Barat Daya, 104 kasus, Sikka 156 kasus dan Lembata 81 kasus.

Adapun upaya penanganan dari Dinkes Dukcapil tahun 2022 sebagai berikut, Pertama, Kadis Kesehatan dan Dukcapil Provinsi yang respon terhadap kejadian kematian kasus DBD di Kabupaten Sikka, Nagekeo.

Kedua, Pendistribuan Logistik DBD( abate, malation) ke 22 Kabupaten/ Kota Januari-Februari 2022.

Ketiga, Mempersiapkan faskes untuk penanganan kasus DBD di Kabupaten/ Kota terutama kesediaan tenaga dan logistik.

Keempat, Berkoirdinasi dengan Kabupaten/ Kota terkait pelaksaan dan pengendalian serta upaya-upaya yang harus dilaksanakan melalui surat-menyurat, per telepon, whatsapp.(ER).

error: Content is protected !!