POTENSI “emas putih” atau garam yang ada di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini menjadi incaran para investor dari berbagai daerah. Karunia Tuhan dengan memberikan sinar matahari yang panas bukan untuk dikeluhkan.
Dibalik panas matahari yang panjang justru memberi nilai lebih buat NTT dalam upaya pengembangan produksi garam industri berkelas.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) pada setiap kesempatan selalu menyampaikan rasa optimisme bahwa apabila ada peningkatan produksi Garam di daerah ini maka akan mengurangi defisit neraca perdagangan Nasional.
Gubernur menegaskan bahwa walaupun secara kualitas garam NTT bagus tetapi secara kuantitas perlu terus didorong dan didukung penuh. Sebagai gubernur NTT, akan berdiri paling depan alias “pasang badan” bukan memback up tetapi membantu mempermudah urusan investor yang siap menanamkan investasi di NTT.
Oleh karena itu, sejak tahun 2013 pemerintah daerah NTT terus mendorong pengembangan industri garam. Garam NTT terkenal karena kualitas yang baik, berkat pengolahan dengan menggunakan teknologi geomembran.
Dengan potensi ini, diharapkan NTT dapat menjadi penyedia pasokan garam nasional dimasa depan.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengaku optimis bisa membantu mengurangi devisit neraca perdagangan nasional dengan meningkatkan produksi komoditi garam yang sedang dikembangkan saat ini.
Gubernur Viktor mengatakan, Defisit neraca perdagangan Indonesia cukup lumayan. NTT siap membantu mengurangi defisit lewat peningkatan produksi garam.
Untuk itu Gubernur Viktor menargetkan NTT mampu memproduksi1,5 juta metrik ton untuk kebutuhan nasional paling lambat hingga 2025.
Sementara itu kebutuhan garam nasional yang di impor pada 2019 mencapai 3,7 juta metrik ton.
Presiden Joko Widodo pada beberapa waktu lalu, datang ke NTT untuk panen produksi perdana garam premium di Kupang mengatakan, bahwa diperlukan investasi yang cukup besar dalam upaya peningkatan kualitas garam lokal.
Secara keseluruhan, potensi lahan tambak garam di NTT mencapai 60.000 hektar dan paling sedikit 21.000 hektar dapat direalisasikan dalam waktu 2-3 tahun kedepan. Dari lahan seluas 21.000 hektar tersebut, produksi garam akan mencapai 2,6 ton per tahun.
Menurut Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat, apabila dari NTT setiap tahun mengirim kebutuhan garam industri 1 juta ton maka ini merupakan suatu lompatan yang luar biasa. Sehingga bisa membantu ruang fiskal keuangan negara.(Advetorial-ER).