KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Langit masih cerah. Waktu di Handpone beta menunjukkan pukul 16.30 Wita. Tiba di gedung serba guna KONI, beta disambut George Hadjoh, calon Wali Kota Kupang.
Pria berkumis tebal itu, menghampiri beta dengan setelan baju putih, dibawahnya ada sarung Manggarai. Di kepalanya ada topi Songke dan selendang di bahunya.
Tak banyak bicara, kami pun langsung bergerak ke mobil Inova Silver. Mobil operasional yang baru dipinjamkan oleh salah satu rekanan George Hadjoh.
Maklum saja, Calon Walikota yang satu ini berbeda dengan yang lainnya karena tidak punya mobil pribadi. Mungkin terdengar agak sedikit lucu tapi fakta demikian.
Kami pun masuk ke mobil, ditemani tiga orang tim relawan Gacor ingin beranjak menuju Sikumana.
Sepanjang jalur yang kami lalui menuju Sikumana, banyak baliho Calon Walikota dan Calon Gubernur, bersileweran menghiasi pingir-pingir jalan-jalan. Ada juga baliho raksasa yang terpampang di papan reklame.
Tapi tak ada satu pun Baliho GACOR (George – Walde) calon Walikota dan Wakil Walikota yang telah mendapatkan tiket untuk ikut kontestasi Pilwalkot dari Partai NasDem dan PKB.
“Hanya Bapa dengan Ibu Walde sa yang Baliho belum ada,” ungkap beta membuka pembicaraan di Mobil.
“Kita tunggu saja, uang belum ada mau cetak bagaimana,” jawab George Hadjoh dengan nada datar.
Diskusi pun terbangun sepanjang perjalanan kami. Mulai dari Baliho dan mimpi-mimpi membangun Kota Kupang ke depan.
Berpatokan Google Maps, kami akhirnya sampai ke tujuan di rumah Bapak Edi Latu. Salah seorang Tokoh Manggarai, yang rumahnya berada di belakang Gereja Katolik Santa Familia Sikumana.
Dari kejauhan, tampak ada Relawan Gacor yang sudah menanti dengan balutan busana adat Manggarai. Mereka terlihat kompak. Menanti dengan setia.
Kami pun turun dari mobil dan bergabung bersama relawan Gacor, dan mulai jalan berarakan. Sampai di depan rumah Bapak Edi Latu, rombongan disambut dengan sapaan adat Manggarai atau biasa disebut Kepok, persis di depan pintu pagar.
Sebuah ritual adat yang begitu luar biasa. Hampir semua yang hadir begitu kusuk menyaksikan ritual adat dalam tutur bahasa Manggarai.
Tampak ada salah satu relawan juga menggendong seekor Ayam Jantan merah. Salah satu simbol adat dalam acara Kepok.
Seusai sapaan adat, George Hadjoh langsung dipersilahkan masuk dan berdiskusi bersama masyarakat yang sudah menunggu.
Pesan sakral Almarhum Dokter Herman Man (Mantan Wakil Walikota dua periode)
“Sebelum datang ke sini, saya baru dari rumahnya Bapak Dokter Herman Man. Beliau memiliki pesan khusus sebelum meninggal. Pak Dokter sudah buat catatan-catatan tentang mimpi besar membangun Kota Kupang. Dan pesan beliau kepada istri dan anak-anak bahwa semua dokumen itu diberikan hanya kepada saya untuk melanjutkan mimpi-mimpi beliau,” ungkap George Hadjoh pada warga masyarakat dalam kesempatan itu, Selasa (23/7/2024).
Bagi George Hadjoh, diantara dirinya bersama Almarhum memiliki banyak kesamaan sehingga Ia berkomitmen untuk melanjutkan apa yang menjadi harapan Dokter Herman Man.
“Saya merasa terhormat karena bisa mendapatkan amanah dari Bapak Dokter. Komitmen saya untuk merubah Kota Kupang menjadi Kupang Bersinar (Bersih, Inovatif dan Sejahtera). Dan ke depan program prioritas saya adalah program yang berbasis RT. Kita akan dekatkan pelayanan ke Kelurahan. Tunjangan RT akan kita naikkan. Lurah harus diberikan dana operasional,” kata George Hadjoh.
George Hadjoh mengatakan saat menjabat 1 tahun menjadi penjabat Walikota, ada banyak hal yang dilakukan hanya belum tuntas.
Atas dasar itu Ia ingin maju menjadi Walikota untuk melakukan perubahan-perubahan dan melayani masyarakat secara total karena baginya pemimpin itu datang untuk melayani bukan dilayani.
“Dalam bidang pendidikan, saya datangkan Profesor Yohanes Surya ahli matematika untuk melatih anak-anak dengan metode gasing (Gampang, Asyik dan Menyenangkan). Anak-akan kita tidak ada yang bodok. Yang ada adalah mereka belum beruntung menemukan guru-guru yang hebat. Kita kumpulkan 30 guru dan 90 anak-anak yang paling bodok, dilatih selama 3 minggu. Setelah itu dibuat kompetisi. Ternyata mereka mampu bersaing dengan anak-anak dari sekolah-sekolah unggulan. Untuk itu ke depan, kalau Tuhan berkenan, kita akan tingkatkan literasi dan numerasi yang saat ini masih ada di level kuning dan merah menjadi level hijau dan biru. Ini perlu kerja-kerja kolaborasi,” ungkap George Hadjoh dengan penuh semangat disambut tepuk tangan seluruh warga yang hadir.
Lebih lanjut dikatakannya, dalam bidang Ekonomi perlu diperkuat UMKM-UMKM di 51 kelurahan.
“Waktu jadi penjabat saya buat event budaya di setiap kelurahan. UMKM-UMKM bergerak. Jika Tuhan berkenan kita akan buat menjadi event tetap sehingga setiap bulan itu ada beberapa kelurahan buat even jadi bukan hanya di bulan Agustus saja. Kita ada 21 kabupaten. Kita akan buat atraksi budayanya, kuliner-kulinernya. Orang yang ada di luar Kupang mereka sudah tahu ketika datang di bulan ini ada event ini, sehingga UMKM-UMKM ini bergerak. Saya tidak tahu apakah ini dilanjutkan atau tidak? Mudah-mudahan event ini dilanjutkan oleh penjabat yang sekarang,” imbuh mantan kepala Biro Umum Setda Provinsi NTT.
George Hadjoh pun menyampaikan dirinya tidak perlu banyak berbicara tapi lebih mau mendengar apa keluhan dan harapan masyarakat terhadap calon Walikotanya.
“Bapa mama, saya jangan terlalu banyak bicara tapi harus lebih banyak mendengar, masukan, saran, dan harapan agar pemimpin bisa mengerjakan sesuai yanh masyarakat harapkan bukan yang pemimpin harapkan. Makanya pembangunan kita harus berbasis RT agar semua usulan dari 1339 RT itu akan kita akomodir dan dipetakan mana yang menjadi prioritas untuk kita lakukan. Tahun pertama apa, tahun kedua apa? Jadi lima tahun pas waktunya kita melayani sesuai yang masyarakat inginkan dan butuhkan. Selama menjabat rumah jabatan itu terbuka untuk jadi tempat pemgaduan masyarakat, dan banyak persoalan berhasil kita selesaikan. Saya mau berpikir solusi bukan berpikir masalah, ketika ada persoalan kalau bisa diselesaikan segera kita lakukan, jangan tunda-tunda,” pungkas George Hadjoh.(ER)