KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Belum terbentuknya pemerintahan yang baru di masa transisi ini bakal mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Tahun 2024.
Untuk itu Bank Indonesia Provinsi NTT siap mengantisipasinya agar tidak cukup tinggi. Karena alam juga menjadi faktor kunci di dalam setiap produksi.
Demikian disampaikan Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT, Agus Sistyo Widjajati saat Jumpa pers di Kantor BI NTT, Jumat (12/1/2024).
Dikatakan Agus Sistyo bahwa pertanian, perikanan dan peternakan di Provinsi NTT masih diolah secara budaya, sehingga masih sangat tergantung dengan kondisi alam.
Dijelaskannya, terkait dengan masa pemerintahan, otomatis dengan belum terbentuknya pemerintahan yang baru, maka itu akan mempengaruhi belanja-belanja pemerintah pada program strategis nasional.
“Itu yang akan menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan, sehingga pertumbuhan ekonomi 2024 tidak bisa melaju cukup tinggi,” ungkap dia.
Yang dapat dilakukan dalam menghadapi kondisi seperti ini, jelas Agus Sistyo, tentunya terus berusaha untuk produktifitas tetap terjaga, dengan meningkatkan produksi di Provinsi NTT sendiri dengan cara yang lebih baik.
“Misalnya kita tetap menjalin komunikasi dengan pemerintah, untuk menjaga stok produksi, baik produksi lokal maupun melalui pembelian-pembelian dari luar provinsi,” ujar Agus Sistyo.
Disamping itu, tambah dia, berusaha secara pelan-pelan merubah perilaku
produksinya, dengan cara melakukan kerjasama atau membuat satu ekosistem, guna meningkatkan nilai tambah.
“Jadi meskipun produksinya tetap, kalau nilai tambahnya kita tingkatkan, maka
bisa meningkatkan income,” papar Agus Sistyo.
Dia mencontohkan, mendorong nelayan untuk mulai bisa memisahkan antara ikan besar dan ikan kecil, yang mana ikan besar bisa dijual, sedangkan ikan kecilnya diolah.
“Siapa yang mengolah?. Kita akan memberdayakan istri-istri nelayan yang selama ini mungkin tidak produktif, kita bantu untuk lebih produktif, bentuknya seperti apa, kita sedang mencoba cari tahu solusinya,” jelas Agus Sistyo.
Begitu juga dengan petani dan nelayannya, papar Agus Sistyo, harus bisa meningkatkan nilai tambah atas produksi yang dikerjakannya, baik itu padi, cabe maupun bawang dan lain sebagainya.
“Yang bisa disupport BI yakni kerjasama dengan Perguruan Tinggi, dengan mendatangkan tenaga ahli untuk untuk melakukan pendampingan, termasuk melibatkan generasi muda,” tambahnya.
Diakui Agus Sistyo, BI sendiri memiliki generasi muda yang dikenal dengan GenBI, yang akan dilibatkan untuk mendapatkan bimbingan, termasuk ada siswa SMK, supaya dari awal mereka juga mampu untuk berperan di dalam meningkatkan kesejahteraan.
“Yang pasti BI akan bekerjasama dengan pemerintah, untuk menyerap produksi pertanian yang sudah meningkat tadi, bisa disimpan kalau harga murah dan akan dijual kalau nilainya tinggi,” tandasnya.(ER)