KUPANG.NUSA FLOBAMORA–Menteri Pertanian( Mentan) RI, Syarul Yasin Limpo beberapa waktu lalu, menghadiri panen raya jagung di Desa Baumata Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang. Kegiatan ini merupakan panen raya musim tanam 2 yang masuk dalam program pemerintah NTT yaitu Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).
Atas kunjungan Mentan ini semakin memacu dan mendorong petani untuk meningkatkan produktifitas jagung diatas lahan seluas 150 hektar.
Ketua Kelompok dimana kelompoknya juga menerimah program TJPS khusus di Desa Baumata Pusat, Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang, Yosua Tanebet saat bincang-bincang dengan media ini, Senin ( 13/12/2021) menyampaikan pokok pikirannya terkait kehadiran program TJPS.
Dijelaskan Yosua, Program TJPS yang digulirkan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT di Desa Baumata ini bukan saja Desa Baumata pusat, tetapi ada Desa Baumata Timur, Desa Oeltua, Desa Oehani.
Dirinya menyampaikan bahwa saat kunjungan Mentan RI Syarul beberapa waktu lalu, mentan mengakui Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki potensi yang sangat baik untuk mengembangkan jagung. Salah satunya di Kabupaten Kupang yang menjadi salah satu sentral mendukung ketersediaan jagung.
Yosua Tanebet yang juga menjabat sebagai Ketua RW O2, menyampaikan khusus untuk Baumata pusat, yang mengerjakan program TJPS ini ada 6 Kelompok Tani( Poktan).
Sisanya dari kelompok Desa tetangga dengan luas lahan sekitar 70 hektar, yang beberapa waktu lalu disambangi Mentan RI untuk panen bersama Bupati Kupang.
Untuk pembibitan jelas Yosua, yaitu bibit jagung hibrida serta pupuknya itu bantuan dari pemerintah, dan dibagikan perkelompok tani. Untuk pendampingan setiap Desa itu ada.
Dirinya menjelaskan, memang dari dulu masyarakat di Desa Baumata ini sudah menekuni kegiatan tanam jagung. Sedangkan untuk program TJPS ini, baru pertama kali masyarakat menanam jagung bantuan dari pemerintah.
Program TJPS ini menurutnya, sangat bagus dan membantu masyarakat khususnya di Desa Baumata. Namun dia mengusulkan agar kedepan agar pupuk dari pemerintah bisa diberikan bersamaan datangnya dengan bibit jagung.
Karena, lanjut Yosua, sebagian kelompok tani sudah menanam jagung ada yang sudah umur 2 minggu baru pupuk dari pemerintah diterima petani.
“Jagung ini dipanen sekitar 3 bulan, dan dipupuk selama 2x yaitu pada usia tanam 2 minggu pupuk pertama dan tanaman jagung pada usia 1 bulan di pupuk lagi. Untuk hama jagung memang ada yaitu ulat batang tetapi dari PPL memberikan obat untuk membasmi hama,” tuturnya.
Ditanya soal produksi jagung serta pemasarannya, Yosua menjelaskan, untuk produksi jagung karena keterlambatan pupuk, maka produksi jagung 1 hektar hanya mencapai 3-4 ton.
Sedangkan untuk program TJPS pemasarannya, ada kerja sama dengan para pembeli dipatok dengan harga jual Rp 3.400 perkilo.
“Itu adalah persetujuan dari kelompok tani dengan Sekertaris Dinas BPP Kecamatan, dan ada syaratnya jagung itu dibeli kalau kadar airnya harus 17 persen kebawah,” jelas Yosua.
Tentang sumber air untuk menunjang tanaman jagung ini kata Yosua, tidak menjadi masalah karena sumbernya dari mata air Kolam Baumata dan dibagikan sesuai dengan dengan marga.
“Kami para kelompok tani pada waktu Bapak Menteri Pertanian datang untuk panen jagung program TJPS ini, sudah bertemu dengan Sekertaris Dinas Pertanian Provinsi NTT dan beberapa Anggota DPRD khusus untuk program ini tahun depannya tetap berjalan dengan baik dan menyediakan pupuk non subsidi” ujar Yosua. ( ER).