Kerupuk Ubi Baumata, Jajanan Kuliner khas Kabupaten Kupang Enak dan Renyah

Kerupuk Ubi Baumata, Jajanan Kuliner khas Kabupaten Kupang Enak dan Renyah

KERUPUK ubi ( 0pak) Baumata adalah satu jajanan kuliner yang dikenal baik di Kabupaten Kupang maupun Kota Kupang. Di sebut Krupuk Ubi Baumata, karena banyak dijual oleh masyarakat lokal di sekitar obyek wisata Kolam Renang Baumata, tepatnya di Desa Baumata Timur , Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang.

Krupuk Ubi ini terbuat dari bahan utama singkong yang diolah menjadi krupuk yang rasanya enak dan renyah sewaktu dimakan.
Biasanya wisatawan yang berkunjung ke kolam renang Baumata, membawa pulang krupuk ini sebagai oleh-oleh bagi keluarga dirumah.

Salah satu penjual krupuk Ubi, Oktoviana Manu saat di jumpai, Minggu( 12/12/2021) mengatakan bahwa krupuk Ubi ini hanya di jual di Baumata saja dan dirinya menjualnya semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, pembuatan krupuk Ubi awalnya dari Kakaknya.

Ditanya Cara membuat Krupuk Ubi ini, Oktoviana menjelaskan, awalnya Ubi Singkong ini setelah dikupas kemudian diparut atau dimool pakai alat setelah itu dicetak dipiring kaleng, lalu di kukus dalam dandang. Sesudah masak, langsung dijemur sampai kering, sesudah kering di goreng.

Oktoviana menambahkan, krupuk Ubi ini, untuk 5 liter minyak goreng bisa menghasilkan 500 lempeng krupuk Ubi. Krupuk Ubi hanya di jual di seputaran obyek wisata kolam renang Baumata saja. Untuk 5 lempeng krupuk ubi ini dipatok harga Rp.10.000.

Menurutnya, sebelum covid-19 melanda, dari hasil jual Krupuk Ubi ini dirinya bisa meraup untung cukup besar. Seminggunya bisa Rp 300.000 – Rp 1 juta.

“Tapi semenjak corona, pembeli sepi dan omsetnya menurut bahkan hampir bangkrut karena krupuk Ubi ini hanya bertahan 2 minggu saja, setelah rasanya sudah tidak enak, tidak garing lagi,” katanya.

Selain menjual Krupuk Ubi, Oktaviana bersama beberapa penggiat kuliner ini juga menjual kripik pisang dan jagung goreng. Kripik pisang bahannya dibeli di pasar, satu tandannya dibeli dengan harga Rp 100.000- Rp 120 ribu dan menghasilkan kripik pisang 70-80 bungkus.

Ditanya soal harapannya kepada pemerintah, Oktaviana dengan raut wajah sedih mengatakan bahwa, selama ini belum ada bantuan dari pemerintah Desa maupun Kabupaten untuk para penggiat kuliner Krupuk Ubi ini. Dia berharap ada bantuan dana untuk bisa menambah modal.

” Kami selama ini belum ada bantuan dari pemerintah, kami inginkan modal untuk menambah usaha membeli ubi dan membeli alat -alat seperti dandang, kompor dan lainnya,” ujarnya.( ER).

error: Content is protected !!