KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Guna meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan di lingkungan SMK PP Negeri Kupang, sekolah menggelar Workshop Kurikulum Merdeka Belajar pada 25 – 28 Juni 2024 di Kabupaten Timor Tengah Utara.
Workshop ini dibuka langsung Kepala SMK PP Negeri Kupang, Dr. Bogarth K. Watuwaya, S.P.t., M.Sc yang menyampaikan bahwa Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
“Kurikulum merdeka memiliki beberapa kelebihan yang akan mengoptimalkan kegiatan belajar-mengajar di lingkungan SMK-PP Negeri Kupang diantaranya 1. Lebih sederhana dan mendalam, 2. Lebih merdeka bagi peserta didik, 3. Pembelajaran Lebih relevan dan interaktif”, ujarnya.
Pada workshop ini, pihak SMK PP Negeri Kupang sebagai penyelenggara menghadirkan tiga narasumber yang tak perlu diragukan lagi kemampuannya, yakni Syahriyati, S.Pd., M.Pd dan Welemfridus Ndiwa, S.Pd yang berasal dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT serta Hendi Rirwandi Ali S.Pd., M.Pd yang merupakan salah satu guru penggerak dari SMA 12 Kota Kupang.
Syahriyati, S.Pd., M.Pd selaku narasumber dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT menyampaikan Kurikulum Merdeka adalah sebuah pendekatan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia yang bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan jalur pendidikan mereka sendiri.
“Salah satu aspek penting dalam Kurikulum Merdeka adalah pembelajaran berdiferensiasi, yang mengakui perbedaan individual siswa dan memberikan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka. siswa diberikan pilihan-pilihan yang bervariasi dalam hal materi pembelajaran, metode pengajaran, dan penilaian. Tujuan utama dari pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memastikan bahwa setiap siswa dapat mencapai potensi maksimal mereka dan merasa termotivasi dalam proses belajar”, ujarnya.
Keuntungan dalam menggunakan Platform Merdeka Belajar diantaranya setiap guru di seluruh Indonesia mendapat kesempatan mengakses pelatihan yang sama dengan kualitas yang sama pula, para guru dapat saling berbagi, saling menginspirasi, dan para guru di seluruh Indonesia dapat mengakases beragam perangkat ajar yang bisa dijadikan contoh.
Sementara itu Hendi Riwandi Ali, S.Pd., M.Pd selaku narasumber sekaligus guru penggerak menyampaikan konsep profil pelajar Pancasila yang dilaksanakan dalam penerapan Kurikulum Merdeka.
“Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif”, ujarnya.
Kompetensi abad 21 yang tetap disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila. Inti dari kurikulum merdeka adalah kembalinya otoritas sekolah untuk menyusun kurikulum dan mendesain perangkat pembelajaran demi meningkatkan kualitas pembelajaran.
Beberapa keunggulan dari kurikulum merdeka belajar yaitu lebih sederhana dan mandalam karena fokusnya pada hal esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya, dalam hal ini SMK ada di fase E untuk kelas X dan Fase F untuk kelas XI dan XII.
Keunggulan selanjutnya bagi guru dapat mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik, bagi sekolah dapat mengentukan kurikulum sesuai dengan karakteristik sekolah.
Mentan Andi Amran Sulaiman mengapresiasi apa yang dilakukan SMK PP Negeri Kupang ini. Mentan pernah mengatakan bahwa generasi petanian yang tangguh diperoleh dari input yang bagus, yaitu bapak/ibu gurunya.
“Guru yang hebat akan menciptakan murid yang hebat dan generasi pertanian yang tangguh menghadapi tantangan,” ujar Mentan.
Senada dengan Mentan, Plt. Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi mengatakan bahwa dalam menghadapi krisis pangan seperti ini, generasi pertanian yang professional, mandiri, dan berdaya saing harus dibentuk. Tentunya melalui bimbingan para tenaga pendidik/guru.
“Kalau gurunya semangat dan berkompeten, saya yakin bahwa siswa-siswi sebagai generasi muda penerus pertanian akan siap menghadapi krisis pangan yang bisa menjadi tantangan dan peluang bagi Bangsa Indonesia,” tutup Dedi.(*/Rilis Berita SMK N PP Kupang/ER)