KUPANG. NUSA FLOBAMORA–Program School for Change yang digulirkan Save the Children di Kabupaten Kupang akan berakhir tahun ini (2021). Sudah banyak program yang dilakukan LSM ini untuk dunia pendidikan.
Program ini dengan titik sasar pada 7 kecamatan di Kabupaten Kupang. Terhadap program yang sudah ditorehkan Save the Children ini diharapkan ada kerjasama.
Kalau di Kabupaten Kupang cuma menadah saja tidak mengerti arti dari pada school for change sama saja sia-sia program ini.
Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe pada acara penutupan program tersebut pada Kamis (9/12/21) di Hotel Kristal Kota Kupang menyampaikan beberapa pokok pikirannya.
Wakil Bupati Kupang mengawali sambutannya dengan mengabsen satu persatu camat dari 7 Kecamatan yang menjadi locus program school for change.
Wakil Bupati mengawali menanyakan Camat Fatuleu tapi yang menjawab Pengawas Sekolah, karena Camat tidak hadir. Juga Amabi Oefeto, Kupang Tengah dihadiri Kasie Ekonomi. Camat Nekamese dihadiri Sekcam. Kupang Timur diwakili Kasie Pemberdayaan. Camat Amarasi juga tidak ada. Satu-satunya Camat yang hadir adalah Yusak Ullin, Camat Kupang Barat.
Wakil Bupati Jeri Manafe menegaskan, program di Kabupaten Kupang hanya dikerjakan oleh LSM. Tapi dimuat di laporan ada kerjasama.
“Kerjasama itu artinya sama-sama kerja gotong – royong. Kalau cuma menadah saja tidak mengerti arti dari pada school for change sama aja sia-sia program ini,” tegas Manafe.
Dirinya berjanji akan mengundang 7 Camat bersama Pengawas Sekolahnya pada Kamis (16/12/2021), untuk mempresentasekan tahun program yang dikerjakan Save the Children dalam 2 topik utama yakni Pendidikan dan Perlindungan anak dari tahun 2018-2021.
“Ada 56 sekolah kalau tidak salah. Itu sekolah mana-mana saja, karena Wakil Bupati ini suka jalan maka saya akan turun langsung di sekolah itu untuk lihat. Benar atau tidak program ini berjalan. Kalau namanya kerjasama keluarkan uang banyak tapi tidak ada hasil sama dengan bohong,” ujarnya.
Dikatakan Wakil Bupati Jerry, Anak sebagai penentu masa depan daerah ini dan bangsa adalah insan yang perlu mendapat perhatian lebih. Bukan saja oleh orangtua tetapi juga dari sekolah, lembaga akademisi dan seluruh pemangku kepentingan yang ada.
“Saya atas nama masyarakat dan pemerintah Kabupaten Kupang menyampaikan terimakasih kepada Save the Children yang telah menghadirkan program inovatif ini bagi kemajuan Pendidikan dan perlindungan anak di daerah ini,” kata mantan Ketua DPD II Golkar Kupang ini.
Senior Project Implementation Save The Children, Silverius Tasman Muda mengatakan, selama 3 tahun lebih Lembaga Swadaya Masyarakat tersebut mendorong program School for Change untuk meningkatkan rasa aman bagi peserta didik di 56 SD yang tersebar di 45 desa dan 7 kecamatan di Kabupaten Kupang.
Melalui sejumlah pendekatan yang bersifat positif anak merasa nyaman di sekolah dan dengan rasa nyaman tersebut mereka bisa meningkatkan prestasi akademiknya, terutama dalam hal kemampuan membaca dasar.
Sejumlah intervensi program sudah dilaksanakan oleh project ini sejak 2018 dalam bidang perlindungan anak. Ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh Save the Children misalnya Pelatihan guru-guru tentang positif disiplin.
Menurut dia, Positif Disiplin ini sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memberikan pemahaman dan juga praktek-praktek praktis kepada para guru tentang bagaimana berinteraksi secara positif dengan anak. Sehingga anak merasa nyaman berada di lingkungan sekolah.
“Dilatih hampir semua guru yang berada di 56 SD di 7 kecamatan”, kata dia.
Selain program Positif Displin juga Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). PATBM ini adalah forum yang dibentuk di tingkat masyarakat untuk memastikan bahwa ada kegiatan yang berkaitan dengan awarnes untuk perlindungan anak-anak di tingkat masyarakat.
Selain itu ada juga kampanye tentang anti kekerasan dan Pembentukan Aliansi Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (PKTA).
Salah satu hasilnya adalah dengan peluncuran Buku “NTT Satu Dalam keberagaman” yang berlangsung pada Rabu (8/12/2021) di Hotel Neo Aston Kupang.
Ia menambahkan, dalam bidang pendidikan ada banyak hal yang dilakukan oleh Save the Children yakni pelatihan guru tentang literasi boost untuk mempercepat kemampuan membaca anak.
Guru perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan yang praktis bagaimana proses pembelajaran dilakukan secara fun (menarik) sehingga anak – anak termotivasi untuk membaca.
Selain itu kata Tasman, ada banyak buku yang didistribusikan ke sekolah maupun ke masyarakat, sehingga anak memiliki bahan bacaan (bukan pelajaran).
Menurutnya, Program School for Change hari ini berakhir namun masih ada 2 program Save the Children yang berlangsung yakni program Better Investment for stunting alleviation (BISA) dan “Momentum”, untuk ibu dan bayi baru lahir.
Sementara itu salah satu Pemateri dalam acara talk Show Dr. Marsel Robot mengatakan, meski berbagai intervensi sudah dilakukan, namun 93 persen anak masih merasa tidak nyaman ketika berada di sekolah.
Artinya hanya 7 persen anak yang merasa nyaman ketika berada di sekolah. Ini hasil survey terakhir terhadap anak-anak di Kabupaten Kupang setelah program School for change berlangsung selama 3 tahun 10 bulan.
Diakhir acara ini, para peserta talk show di hibur oleh grub Kaboax, mereka memperagakan tentang anak yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya karena sibuk, akibatnya anak tersebut malas belajar dan bodoh dan mendapat kekerasan dari orang tua maupun gurunya.
Berkat tetangganya yang juga seorang dosen, menasehati orang tua dan anak serta guru di sekolah, akhirnya anak tersebut menjadi rajin sekolah dan pintar. ( ER)