KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Mantan Penjabat Wali Kota Kupang yang juga Karo Umum Setda NTT, George Hadjo, SH dipercayakan Penjabat Gubernur NTT memimpin Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) Provinsi NTT.
Atas kepercayaan ini, target jangka pendek yang menjadi skala perhatian Goerge Hadjo adalah atlet NTT yang telah lolos PON Aceh-Sumatra Utara 2024 meraih prestasi dengan mendulang medali sebanyak mungkin.
George Hadjo ketika ditemui Media ini saat mengadakan latihan Kempo persiapan PON di bulan September 2024, Kamis 28 Maret 2024 di gedung KONI Kupang, George panggilan akrabnya menyampaikan terima kasih kepada pimpinan yang telah mempercayakannya memimpin Dispora NTT.
Langkah yang akan dilakukan, kata George tentu membenahi dua hal besar yaitu pemuda dan olahraga raga karena kedua simpul ini yang harus digerakkan.
“Kalau selama ini pemuda tidak terlalu digerakkan maka dalam waktu dekat saya akan gerakkan pemuda dan olah raga. keduanya harus berjalan sinergi,” katanya.
Dirinya beralasan karena potensi anak-anak muda luar biasa namun belum diberi peluang untuk berkreasi. Oleh karena itu pemerintah melalui dinas yang dipimpinan akan membuka ruang dan kesempatan.
Dirinya akan dorong sekuat mungkin peran kaum muda sehingga bisa membawa kemajuan baik NTT umumnya dan Kota Kupang khususnya jadi pilot project sebagai ibu kota provinsi Kepulauan ini.
“Langkah yang akan dibuat mengumpulkan semua organisasi pemuda dan juga lembaga – lembaga kepemudaan dan juga lembaga yang menampung para generasi muda untuk duduk bersama dan membicarakan apa saja yang menjadi potensi anak-anak muda ini,” ujar mantan staf Bapeda NTT ini.
Dirinya menegaskan bahwa melihat potensi anak muda tidak bisa meraba-raba tetapi harus punya data sehingga bisa diketahui apa potensinya dan gampang mendesain strategi dalam bekerja dengan melibatkan banyak pemuda.
George menekankan peran Pemuda sebagai tulang punggung bangsa dan juga Provinsi ini harus diberikan ruang dan waktu untuk mereka melakukan peran-peran mereka sebagai tulang punggung bangsa
“Fungsi dari pemerintah itu ada dua yaitu fungsi fasilitator dan fungsi regulator. Maka fungsi fasilitator ini yang akan dimainkan secara sungguh-sungguh,” tandasnya.
Bicara olah raga sendiri, kata George, semua olah raga itu baik. Provinsi NTT punya potensi terutama olah raga bela diri, tapi persoalannya yaitu di proses.
Kendala yang kerap dihadapi adalah selalu berbenturan dengan karakter bawaan manusia, maunya di zona nyaman. Tidak mau kerja keras dan tidak mau ada pengorbanan.
Karena mencapai prestasi di butuhkan pengorbanan yang besar baik itu waktu, tenaga, materi dan lainnya.
Dirinya mencontohkan olah raga bela diri kempo, beberapa bulan sebelum kompetisi itu sudah diadakan latihan tanpa berhenti, karena ini proses. Kalau dilakukan dengan proses sungguh-sungguh dan baik maka prestasi itu pasti ada.
“Semua olah raga bisa dilakukan dan tidak ada yang tidak bisa. Tinggal panggilan hati, ada pengurus dan orang yang melatih. Dia mau berkorban untuk anak-anak, mau mendesain programnya secara baik untuk menghasilkan atlet -atlet berprestasi atau tidak,” ujar pelatih kempo ini.
Misalkan NTT tuan PON untuk tahun 2028, bagaimana mempersiapkan para atlet mulai dari sekarang, artinya sudah bisa petakan umur berapa untuk dia bermain di PON 2028 dan golden wait 2028 akan panen atlet – atlet berprestasi.
“Maka dari itu saya katakan bahwa untuk mencapai apa yang diinginkan harus di persiapan secara sungguh-sungguh dan butuh pengorbanan,” tegasnya.
Dirinya menegaskan bahwa program yang akan dibuat dalam jangka pendek pada bulan September ini dengan cabang olah raga yang sudah lolos PON 2024 harus digenjot terus dengan sungguh-sungguh sehingga atlet bisa memiliki prestasi yang hebat.
Menurutnya, kalau seandainya dia bisa masuk PON 2024 10 besar maka PON 2028 bisa masuk 5 besar. Semua itu tergantung dari disiplin dan kerja keras.
Mengurus olah raga ini sifatnya bukan instan semuanya butuh proses. Pengalamannya sebagai atlet dan juga pelatih itu butuh 10 tahun bahkan 12 tahun untuk bisa menjuarai tingkat dunia.
“Kalau anak-anak di persiapkan secara terprogram dan juga terstruktur, saya yakin semua pasti bisa. Seorang Wara dia tahu bagaimana membawa anak – anak untuk bisa jadi juara. Maka dia akan menciptakan satu sistem yang standarisasi yang sama untuk membuat orang itu bisa juara,” pungkasnya.(ER)