Kekerasan Fisik pada Anak Makin Tren, Save the Children Fasilitasi Pembentukan PATBM

Kekerasan Fisik pada Anak Makin Tren, Save the Children Fasilitasi Pembentukan PATBM

KUPANG. NUSA FLOBAMORA–Kekerasan fisik terhadap anak menjadi masalah serius di NTT termasuk Kabupaten Kupang. Berdasarkan data dari anak berhadapan dengan hukum (ABH) Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Kabupaten Kupang tercatat ada 108 kasus yang dilaporkan pada tahun 2017, 103 kasus selama tahun 2019, sedangkan tahun 2020 sampai dengan bulan Agustus sebanyak 86 kasus.

Angka ini dipandang masih jauh dari fakta, karena disinyalir masih banyak orang tua yang belum berani melaporkan kasus-kasus kekerasan yang terjadi oleh karena berbagai alasan.

Save the children melalui project School for change selama 3 tahun(2018-2021) melalui kemitraan dengan Cis Timor dan Bengkel APPek bersama pemerintah Desa dampingan telah memfasilitasi pembentukkan dan penguatan perlindungan anak terpadu berbasis masyarakat ( PATBM) di Desa yang juga merupakan agenda prioritas Kementrian PPPA Republik Indonesia.

Kedudukan PATBM dipandang strategis oleh karena selain bertujuan untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam upaya menekan angka kekerasan terhadap anak, PATBM merupakan salah satu dari indikator Kabupaten layak anak yakni indikator pertama kelembagaan.

Technical Program Manager Scholl for Change, Beni Oktovianus Giri mengatakan hal ini dalam sambutannya pada kegiatan Workshop penguatan peran dan fungsi PATBM Desa di Kabupaten Kupang, di Hotel by Neo Aston, Kamis (2/12/2021).

Dikatakannya, bahwa kegiatan ini mengusung 2 tema besar yaitu pendidikan dan perlindungan anak.

Dalam kegiatan ini, Save the Children punya 4 tujuan, yaitu Pertama, ingin memastikan sekolah sebagai tempat yang nyaman untuk anak-anak belajar. Kedua, ingin memastikan perlindungan anak yang ada dilevel sekolah maupun masyarakat.

Ketiga, pihaknya juga ingin memastikan bahwa kegiatan yang berhubungan sistem dilevel sekolah ditingkat pelaksanaannya baik dilevel sekolah maupun masyarakat.

Dan yang keempat, mereka berharap ada kebijakan yang bisa mendukung pelaksaan literasi atau perlindungan anak di level sekolah maupun maayarakat.

Menurut Beni Giri, 2 tema itu mereka pilih karena save the children secara proses sudah dapat banyak perkembangan bahwa ada hubungan antara tingkat kekerasan yang terjadi kepada anak dan perkembangan akademisinya.

Dan dari save the children ingin mempunyai bukti sendiri dilevel wilayah yaitu Kabupaten Kupang, walaupun sepanjang proses kemarin banyak kendala dikarenakan situasi pendemi covid-19 dan semuanya mengalaminya, jadi banyak program yang harus disesuaikan.

” Dalam situasi Covid-19, kami tetap berharap yang terbaik untuk anak-anak kita di wilayah Kabupaten Kupang,” tandasnya.

Kadis Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak kabupaten Kupang Yesai Lanus, SH dalam sambutannya mengatakan, 45 Desa beserta Camat dan semua stake holder yang terkait di Kabupaten Kupang saat ini hadir pada kegiatan Workshop untuk menyatukan pikiran, pemahaman agar bagaimana anak-anak di Kabupaten Kupang dalam situasi aman dan nyaman.

 

Dikatakan Kadis Yesai, anak-anak di Kabupaten Kupang pada data tahun 2019, kurang lebih 44% dari jumlah penduduk Kabupaten Kupang. Itu artinya anak yang umurnya 0-18 tahun kalau tidak salah kurang lebih 87 ribu lebih.

Ditegaskannya, bahwa anak adalah kebanggaan orang tua dan juga masa depan. Anak adalah generasi penerus Bangsa oleh karena itu perlu dilindungi, dipenuhi hak-haknya sehingga anak -anak bertumbuh menjadi anak-anak yang hebat.

” Mimpi besar kita adalah pada tahun 2030 itu Indonesia menjadi Indonesia layak anak dan mimpi besar kita, tahun 2045 kita wujudkan generasi emas. Semuanya itu kita wujudkan dari sekarang. Kalau tahun 2045 itu bertepatan dengan HUT Indonesia yang ke- 100 tahun. Dan hak yang perlu kita persiapkan adalah Sumber Daya Manusia,” andasnya

Menurutnya, anak-anak di Kabupaten Kupang yang jumlahnya hampir 170 itu dan bentuk pembinaannya seperti komisi, berarti kita akan kehilangan pemimpin masa depan.

Untuk itu kehadiran dalam mengikuti workshop ini adalah, bentuk senergitas dalam menyatukan kekuatan bersama karena Save The Children adalah alat dan orang tua adalah pemain utama untuk mempersiapkan anak -anak kedepan.

“Anak -anak perlu dilindungi dan hak-haknya perlu dipenuhi. Kalau tidak maka kita akan kehilangan pemimpin-pemimpin masa depan. Mari kita satukan hati dan pikiran untuk masa depan anak-anak kita yang lebih baik lagi,” pungkas kadis yang dikenal ramah dan tegas ini.(ER).

error: Content is protected !!