Biaya Angkutan Udara Bergejolak, Sektor Pariwisata Tetap Jadi Unggulan di NTT

Biaya Angkutan Udara Bergejolak, Sektor Pariwisata Tetap Jadi Unggulan di NTT

KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Badan Pusat Statistik ( BPS) Provinsi NTT merilis perihal laju inflasi yang terus bergerak naik terutama di tiga kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur mencapai 0,42 Persen.

Pendorongnya adalah biaya angkutan udara yang semakin melambung mencapai angka 175,64 pada Oktober 2023.

Meski begitu, ada nilai plus buat NTT dimana para pebisnis melirik sektor pariwisata di daerah ini untuk mendongkrak pertumbuhan perekonomian.

Demikian kesimpulan dari seminar nasional yang diselenggarakan BPS NTT dengan mengambil tema “Tantangan pariwisata di Provinsi NTT di tengah melambungnya biaya transportasi angkutan udara” di ballroom Harper Hotel Selasa (14/11/2023).

Pada kesempatan ini Kepala BPS provinsi NTT Matamira B. Kale dalam pemaparannya menjelaskan, dalam rilis Ekonomi dan Inflasi di NTT Oktober 2023, gabungan 3 kota NTT mengalami inflasi sebesar 0,42 persen, dimana angkutan udara mempunyai andil terbesar ke dua sebagai pendorong inflasi.

Diakuinya, Indeks Harga komoditas angkutan udara terus bergerak naik dan mencapai angka 175,64 pada Oktober 2023.

Ia minta perhatian semua pihak fokus ke provinsi NTT yakni pada sektor pariwisata bagaimana dampaknya terhadap perekonomian.

Menurut dia, Transportasi dan pariwisata oleh pemprov NTT telah ditetapkan menjadi prime mover perekonomian.

Tentunya sebagai prime mover akan memberikan dampak mengangkat perekonomian, langsung maupun tidak langsung pada sektor-sektor yang mendukung.

Ia mencontohkan Destinasi wisata Labuan Bajo yang sudah menjadi destinasi pariwisata super prioritas di Indonesia.

Wilayah NTT juga punya potensi pariwisata yang cukup unik, beragam dengan kekayaan budaya dan Sumber Daya Alam (SDA) yang yang memiliki potensi besar dalam mendukung pariwisata di NTT.

Namun di tengah potensi besar tetapi tetap mempunyai kendala yakni karena provinsi kepulauan yakni perkembangan pariwisata di wilayah itu sendiri dipengaruhi oleh angkutan atau transportasi.

“Memang angkutan udara bukan pilihan utama, tapi tentunya ketika ada angkutan udara maka akan jadi pilihan bukan hanya di domestik tapi juga luar”, ujarnya.

Dirinya membandingkan biaya transportasi di luar NTT harganya jauh lebih besar. Kita lihat dari rilis inflasi Oktober 2023 salah satu sektor pendorong inflasi adalah kenaikan tarif angkutan udara.

“Tarif angkutan udara terus alami kenaikan sejak Januari 2022 hingga Oktober 2023. Angka indeksnya sekarang mencapai 175,84 point”, tambah Matamira.

Andil pendorong untuk tahun ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angkutan udara merupakan komoditas yang sering muncul paling berpengaruh mendorong laju inflasi.

Terkait hunian kaamar Hotel Bintang, Matamira menjelaskan, tingkat hunian kamar hotel Bintang dan non bintang alami penurunan. Sejak September  2023 alami penurunan.

Hotel  bintang turun 8,86 % dibanding bulan Agutus 2022, turun 17,77% dibanding Agustus 2023.

“Turunnya tingkat hunian kamar hotel sama juga dengan turunnya tingkat penumpang angkutan udara. Tentunya berkorelasi”, jelasnya.

Sementara itu Kabid Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Jhoni Rohi dalam materinya “Potensi dan Permasalahan Pembangunan Pariwisata Di NTT” mengatakan, Pariwisata Sebagai Kebutuhan dan Hak Asasi Manusia.

Menurutnya NTT memiliki potensi pariwisata yang (comparative dan competitive advantages) dimana pembangunan pariwisata dapat menarik sektor lain berdampak pada pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi.

Ia menyebut, Potensi dan destinasi wisata tersebut antara lain : Kuliner, Kriya, Fashion (726 Motif Tenun), ekonomi kreatif (86.928 pelaku ekraf) yang terdiri dari kuliner, kriya (anyaman dan seni pahat dll), fashion dengan 726 motif tenun ikat NTT, 1.852 deatinasi wisata yang terdiri dari 720 wisata alam, 751 wisata budaya, 110 wisata minat khusus dan 1 destinasi pariwisata super prioritas (Labuan Bajo).

Sesuai data 720 Destinasi Wisata Alam diantaranya yang sudah dikelola Labuan Bajo, Fatumnasi, Waerebo, Sumba, Kelaba Majja, Semau, Alor, Mulut Seribu, Kelimutu, Diving di Alor, Surving di Rote, Camping di TTS, Trekking di Wairebo, Snorkling di Manggarai Barat.

Lebih jauh ia menerangkan, paradigma pembangunan pariwisata di NTT yakni “pembangunan pariwisata untuk kesejahteraan masyarakat NTT” dengan 4 prinsip pembangunan pariwisata NTT yakni Pariwisata berkelanjutan (suistainnable Tourism), pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism), pariwisata berkualitas (quality tourism) dan kolaborasi pembangunan pariwisata (pentahelix).

Ia menyebut, total kunjungan pariwisata berdasarkan data pariwisata berbeda dengan data BPS NTT yakni tahun 2022 wisnus sebanyak 3.378.453 orang dan wisman 1.189.149 orang sedangkan di tahun 2023 kunjungan wisnus sebanyak 1.534.144 dan wisman 508.275 orang dengan lama tinggal 2,5 hingga 4 hari.

Lebih lanjut dikatakannya, Isue pembangunan pariwisata yang menjadi fokus yakni: pariwisata dan kesejahteraan masyarakat, pariwisata massal dan ekowisata, kreatifitas antar wilayah, era baru pariwisata, standarisasi dan sertifikasi, digitalisasi produk dan pemasaran, pariwisata berkualitas dan berkelanjutan, kesadaran masyarakat, Indonesia poros maritim dunia dan pengembangan kawasan konservasi.

Namun Jhony mengungkapkan bahwa ada permasalahan pembangunan pariwisata di NTT yakni kualitas SDM Pelaku pariwisata yang masih rendah terkait pengetahuan, keterampilan, serta sikap dan perilaku (hospitality).

“Juga konektivitas dan mahalnya tiket penerbangan, kualitas destinasi (5A). Masih rendahnya jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan. Dalam industri ekraf rendahnya modal usaha Pelaku ekraf, masih rendahnya penggunaan teknologi informasi dalam pemasaran produk ekraf dan perlindungan HAKI”, pungkasnya.(ER)

 

error: Content is protected !!