KUPANG. NUSA FLOBAMORA- Lembaga Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 8 Kupang atau Spenla ditetapkan Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak menjadi Sekolah Ramah Anak.
Terhadap kepercayaan ini, pimpinan lembaga bersama para guru dan anak berkolaborasi melakukan gebrakan agar sekolah ini tetap aman, bersih, sehat, ramah agar menjadi sekolah model.
Kepala SMPN 8 Kota Kupang, Dra Roslin S Lana menyampaikan hal ini ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (11/7/2023).
Dijelaskan Roslin, ketika Ia dipercayakan menjadi kepala sekolah di lembaga ini tahun 2022 program Sekolah Ramah Anak memang sudah berjalan.
Sekolah ini merupakan salah satu dari beberapa sekolah lainnya di Kota Kupang diterapkan melalui Surat Keputusan (SK) dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak untuk mensukseskan program ini
“Kenapa ditetapkan sebagai sekolah ramah anak dari informasi bahwa merupakan SK dari Dinas,” jelasnya.
Perihal latar belakangnya, lanjut Roslin, setelah dipelajari ternyata ada indikator pendukung salah satunya sekolah itu harus sehat, bersih, ramah dan ada keterlibatan anak dalam semua aspek kegiatan sekolah.
Kemudian dibentuklah tim satgas ramah anak dengan SOP nya kemudian semua bekerja termasuk melibatkan semua anak.
Ia mencontohkan bukti dari program Sekolah Ramah Anak ini, dalam penyusunan rencana keuangan sekolah atau renkas melibatkan OSIS termasuk kebijakan sekolah misalnya tata tertib sekolah, juga saat covid siswa dilibatkan termasuk kegiatan sekolah lainnya anak diberi peran.
“Juga kami angkat duta bully, duta sampah. Ini saya instruksikan kepada semua pihak di lembaga ini untuk kurangi yang namanya sampah plastik juga kami tanamkan rasa kecintaan lingkungan,” jelas Roslin.
Inipun sejalan dengan semboyan yakni ” Spenla Peduli bumi Sampah Menjadi Tanggung jawab Bersama”.
Khusus untuk maindset guru dia menghimbau tidak boleh ada kekerasan verbal maupun fisik.
“Tahun ini sekolah ini menjadi tuan rumah sehingga ada 10 anak disertakan yang merupakan pengurus OSIS untuk ikut kegiatan sehingga itu dijadikan motivator buat rekan rekannya,” katanya.
Mengenai pendampingan dari pengelola program, Roslin mengakui tidak secara rutin karena sekolah lebih banyak belajar otodidak soal ramah anak.
Dirinya berharap tentu ada pendampingan berkelanjutan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak juga LSM berkecimpung d bidang ini juga turut mendampingi.
“Saya juga mengharapkan kepada sekolah lain walaupun tidak diterapkan sebagai sekolah ramah anak tapi tentu ada keberpihakan pada anak dengan memberikan hak pada mereka dan hindari yang namanya kekerasan verbal maupun fisik,” harap Roslin.(ER)