KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Kementerian Pertanian dan Kemenko Bidang Perekonomian mendorong para petani milenial untuk dapat memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk mengembangkan usaha disektor pertanian.
Menteri Pertanian RI, Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya, Senin (18/4/2024) mengajak para petani tidak terkecuali petani milenial untuk menggunakan KUR sebagai permodalan utama dalam mengembangkan usaha dan membuka lapangan kerja di tengah pandemi.
“Saya selalu katakan pertanian itu bicara lapangan kerja dan dengan adanya KUR, roda perekonomian dasar masyarakat kembali bergerak saat pandemi ini, dengan penggunaan KUR maka akselerasi pertanian menjadi lebih kuat dan cepat,” kata Mentan Syahrul.
Dukungan pun didapatkan dari Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartanto.
Pada webinar Millennial Agriculture Forum (MAF) Edisi 3 Vol 17 (16/04) yang mengangkat tema Sosialisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) Goes to Campus, Airlangga mengatakan pemerintah konsisten dalam meningkatkan KUR.
“Dari bunga 20 persen di tahun 2007, turun menjadi 6 persen sejak 2020. Bahkan ada subsidi bunga KUR sebesar 3 persen oleh pemerintah, sehingga masyarakat hanya menanggung 3 persen hingga Desember 2022,” ungkap Airlangga.
Airlangga pun menjelaskan fokus tujuannya adalah untuk mendorong wirausaha baru, mendorong untuk modal usaha dan investasi secara bertahap agar para wirausahawan dapat naik kelas.
Dengan plafon KUR Super Mikro dibawah Rp 10 juta, Mikro Rp 100 juta, KUR Kecil sampai dengan Rp 500 juta.
Sejalan dengan percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat pandemi, harapannya para mahasiswa dapat memanfaatkan KUR Goes to Campus untuk dapat memulai usahanya.
Mahasiswa dapat mengakses KUR sampai dengan Rp 100 juta tanpa menggunakan jaminan, ditambah dengan pendampingan dari dosen bersama dengan lembaga penyalur KUR sehingga keberhasilannya menjadi tinggi.
Sementara itu Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menegaskan agar para milenial menangkap peluang dan memanfaatkan KUR untuk pertanian karena yang namanya agribisnis pasti perlu modal.
Memasuki tahun ketiga pandemi Covid 19 yang mengganggu sistem dan produksi pertanian, ditambah dengan adanya perubahan iklim, mengakibatkan supply berkurang sedangkan permintaan tetap, maka harga akan melejit.
“Kita semua harus mencari solusi, salah satunya adalah dengan menggenjot produktifitas produk lokal Indonesia dan diversifikasi pangan lokal, juga pemanfaatan Smart Farming untuk mendongkrak produktifitas dan efiesiensi serta KUR sebagai modal yang mudah dan murah yang disediakan oleh perbankan,” ujar Dedi.(*/ER/Rilis Berita BBPP Kupang).