KUPANG. NUSA FLOBAMORA – Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong penggunaan pupuk berimbang bagi petani.
Konsep pemupukan secara efektif, berimbang, dan efisien ini bisa meningkatkan produksi pertanian secara optimal. Beberapa petani milenial pun telah beralih ke penerapan pemupukan tersebut.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan dampak perubahan iklim menjadi tantangan yang sangat besar di sektor pertanian.
Salah satu solusi untuk mengatasinya dengan menggunakan teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi perubahan iklim.
Dirinya terus mendorong inovasi pertanian, sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Terkait dengan hal ini Mentan menyambut baik kegiatan pelatihan sejuta petani dan penyuluh serta diharapkan terus melakukan inovasi-inovasi lain dalam rangka pelaksanaan adaptasi dan mitigasi iklim.
“Khususnya untuk mengantisipasi perubahan iklim ekstrem yang terjadi di Indonesia. Kita punya alam yang bagus keterampilan yang banyak dan semua haraus terus kita perbaiki,” katanya
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian, Dedi Nursyamsi mengungkapkan bahwa pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal.
“Kata kuncinya adalah keseimbangan hara di dalam tanah. Dengan begitu, tanaman akan menyerap unsur hara secara efektif, sehingga pertumbuhan produktivitas dan produksi tanaman akan maksimal. Gunakan pupuk seperlunya saja, jangan berlebihan,” urai Dedi.
“Jadi kalau kita bicara pemupukan berimbang artinya terpenuhi semua hara secara proporsional. Kita harus melihat tanaman membutuhkan apa dan kita harus tahu ketersediaan hara pada tanah berapa. Tidak semua hara harus ditambahkan, tambahkan yang kurang dan dibutuhkan. Lalu adanya kombinasi pupuk anorganik dengan pupuk organik, pupuk hayati, untuk mendapatkan produksi optimal,” papar Dedi Nursyamsi pada acara Live in Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh, Adaptasi dan Mitigasi Pertanian Terhadap Perubahan Iklim yang digelar secara daring pada Rabu (23/2/2022).
Dedi Nursyamsi juga menuturkan, pemupukan berimbang akan meningkatkan produktivitas dan daya saing pertanian.
“Jadi nanti penyuluh bisa all out dalam rangka implementasi pemupukan berimbang di lapangan,” ujar Dedi.
Ia berharap peserta yang terdiri dari para penyuluh di seluruh Indonesia benar-benar dapat memahami agar mampu mengimplementasikan pemupukan berimbang.
Dedi Nursyamsi juga mengajak seluruh petani untuk melakukan pemupukan berimbang, yaitu pemberian pupuk yang sesuai dan diminta tanaman dan tanah, bukan pemberian pupuk sesuai keinginan petani.
Karena pemberian pupuk yang dminta tanaman perkebunan, hortikultura atau tanaman pangan, itu berbeda, maka kita harus lakukan penelitian dulu agar mengetahui apa dan berapa banyak pupuk yang diminta tanaman dan tanah.
“Kalau kita mengguakan pemupukan berimbang, maka kita sudah melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim ini. Karena pemberian pemupukan non organik atau kimia memerlukan energi listrik dan fosil, dan itu menyebabkan gas rumah kaca. Maka kita kurangi pemakaiannya dengan pemupukan berimbang seperti penggunaan pupuk agen hayati dan pupuk organik yang mampu menyuburkan tanah”, ujar Dedi.(*/ER/Rilis Berita BBPP Kupang).